Sunday, March 30, 2014

Kondisi Kondisi Iklim untuk Tanaman Kopi

Faktor iklim inipun sangat menentukan, berhasil atau tidaknya kalau kita akan bertanam. Maka sebelum kita menanam kopi, terlebih dahulu kita pelajari, iklim yang bagaimana yang dikehendaki oleh tanaman kopi. Hingga dengan demikian maka kita akan dapat menyesuaikan dalam mencari lokasi untuk perkebunan kopi.

Tanaman kopi ini dapat tumbuh baik pada daerah yang terletak antara 20 derajat lintang utara dan 20 derajat lintang selatan. Sedangkan untuk derah di Indonesia sendiri, karena mengingat letak geografisnya diantara 5 derajat lintang utara sampai dengan 10 derajat lintang selatan, maka sebenanya menjadi daerah yang sangat potensiil bila ditanami opi. Kalau kita lihat sebagian besar pertanaman kopi di Indonesia ini terletak diantara 0 derajat sampai 10 derajat lintang selatan. Seperti saja misalnya, Jawa, Bali dan Sulawesi Selatan.

Pengaruh iklim ini dapat mempengaruhi tentang berhasil atau tidaknya kita dalam berkebun kopi. Dari segi iklim ini dapatlah kita bagi menjadi tiga hal yang berpengaruh penting:
1.      Elevasi/ tinggi tempat
2.      Temperatur
3.      Curah Hujan

A. Elevasi dan Temperatur

Karena elevasi dan temperatur ini mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dan berkaitan satu dengan yang lainnya, maka sebaiknya kita bicarakan saja sekalian.

Temperatur rata-rata tahunan di Indonesia ini pada ketinggian permukaan air laut adalah +26 derajat Celsius. Kemudian akan turun 6 derajat setiap naik 100 meter dpl.

Untuk jenis kopi Arabika, dapat ditanam di elevasi 500-2000 meter dpl, namun sebenarnya elevasi yang optimal adalah 800-1500 meter dpl, dengan temperatur 17-21 derajat Celsius. Batas elevasi terendah bagi kopi jenis Arabika ditentukan oleh ketahannya terhadap penyakit karat daun. Pada saat ini di Indonesia belum banyak jenis kopi yang resisten, sehingga sebagian besar kopi Arabika di tanam pada elevasi diatas 800 meter dpl, dan hanya sedikit saja yang ditanam pada elevasi 500-800 meter dpl.

Elevasi tertinggi bagi jenis kopi Arabika dibatasi oleh embun upas/frost, yang sering terjadi pada elevasi diatas 1500meter dpl.
Gambar 10: Perkebunan Kopi di Dataran Tinggi
Kemudian untuk kopi jenis Robusta dapat ditanam pada elevasi 0 sampai 1000meter dpl. Akan tetapi elevasi optimal adalah 400 sampai 800 meter dpl, dengan temperatur rata-rata antara 21 sampai dengan 24 derajat Celsius. Makin tinggi elevasi makin lambat pertumbuhan kopi dan makin lama pula masa non produktifnya. Disamping itu semua elevasi juga berpengaruh terhadap besarnya biji, yang artinya di tempat-temat yang lebih tinggi maka bijinya pun akan lebih besar.

B. Kondisi Curah Hujan

Jumlah dan curah hujan tidaklah begitu penting. Namun distribusi cuah hujan inilah yang lebih penting untuk tanaman kopi. Hal ini disebabkan karena tanaman kopi memerlukan masa agak kering selama kurang lebih 3 bulan.

Masa kering ini memang sangat penting untuk tanaman kopi jenis Robusta. Karena jenis ini memerlukan penyerbukan bersilang. Sedangkan untuk jenis kopi Arabika agak bisa lebih toleran karena memang penyerbukannya dilakukan sendiri.

Untuk curah hujan yang paling baik untuk tanaman kopi adalah daeah yang mempunyai curah hujan optimal antara 2000 sampai 3000 mm per tahun. Kemudian dimasa kering yang kurang lebih 3 bulan itu, cukuplah kita usahakan dengan adanya hujan kiriman.

Menurut Schmidt – Ferguson, di Jawa ini sebagian besar iklimnya yang untuk daerah kopi adalah termasuk iklim yang agak kering. Sedangkan untuk daerah Sumatera di golongkan pada iklim yang agak basah. Makanya di iklim yang agak basah itu panenan kopi relatif lebih merata bila dibandingkan dengan iklim yang agak kering.

Disamping perbedaan tipe ikloim ini, juga akan berpengaruh terhadap rendemen kopi. Untuk daerah yang iklimnya lebih kering maka rendemen kopinya akan lebih tinggi.

C. Kondisi Tanah

Seperti juga tanaman lainnya, maka untuk kopi inipun memerlukan tanah yang subur. Hal ini bisa dibuktikan, bahwa kebun kopi yang arealnya itu bekas hutan maka akan memberikan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu yang sangtat perlu diperhatikan adalah unsur-unsur zat organik/ hara yang sangat diperlukan. Sedangkan usaha lainnya adalah menjaga agar susunan dan struktur tanah tetap baik.
Read More

Thursday, March 27, 2014

Teknik Konversi Kopi Robusta ke Arabika pada Lahan yang Sesuai

Benih menjadi pintu gerbang (entry point) utama suatu kehidupan, termasuk bagi kehidupan tanaman. Perannya menjadi lebih strategis bagi tanaman perkebunan yang berumur panjang dan sifat usahanya tahunan. Kesalahan penanaman akibat penggunaan benih yang tidak unggul, akibatnya akan dirasakan selama puluhan tahun. Produktivitas tanaman rendah, masa pengembalian investasi sangat lambat, dan tingkat keuntungan usaha menjadi lebih rendah. Padahal tiga kriteria tersebut menjadi pertimbangan utama bagi usaha di bidang perkebunan, selain aspek sosial dan lingkungan.

Produksi kopi Indonesia pada 2011 mencapai 709.000 ton dari areal seluas 1,3 juta hektar, dimana sebanyak 68% dari total produksi tersebut diekspor keluar negeri, sehingga kopi merupakan salah satu komoditi andalan perkebunan yang mempunyai peran sebagai penghasil devisa negara. Dari luasan 1,3 juta hektar tersebut, seluas 1,01 juta hektar (77,69%)  merupakan pertanaman kopi robusta, sedangkan seluas 290.000 hektar (22,31%) merupakan pertanaman kopi arabika.

Dengan komposisi luasan pertanaman kopi seperti itu, produk kopi Indonesia terkendala dalam persaingan di pasar internasional, mengingat fenomena 70% konsumsi kopi dunia dikuasai kopi jenis arabika, adapun sisanya 30% merupakan konsumsi kopi jenis robusta. Disamping itu kopi arabika mempunyai harga jual yang lebih tinggi daripada kopi robusta, maka untuk meningkatkan nilai pendapatan devisa maupun meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional adalah dengan jalan meningkatkan proporsi produksi kopi arabika.

Salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi kopi arabika adalah dengan cara ektensifikasi.  Tetapi dikarenakan cara ekstensifikasi pada lahan-lahan baru sulit dilakukan, mengingat kopi jenis ini hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal di dataran tinggi dengan kisaran 1.000 meter dari permukaan laut, sedangkan lahan seperti itu di Indonesia umumnya merupakan lahan kehutanan yang tidak bisa dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan, maka cara ekstensifikasi yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah dengan melakukan konversi kopi robusta ke arabika pada lahan-lahan yang sesuai.

Data yang dirilis Ditjenbun (2012) menunjukkan bahwa sebanyak ± 60% dari luasan perkebunan kopi di Indonesia saat ini telah berumur diatas 25 tahun yang sudah kurang produktif, sehingga sudah saatnya dilakukan rehabilitasi peremajaan. Dimana pada pertanaman kopi yang perlu direhabilitasi tersebut didominasi oleh pertanaman kopi robusta, maka rehabilitasi pada lahan-lahan yang sesuai untuk budidaya kopi arabika dapat dilakukan dengan cara konversi kopi robusta menjadi kopi arabika, dikarenakan banyak petani pada umumnya masih mengusahakan tanaman kopi secara bercampur antara kopi arabika dan robusta pada lahan-lahan yang sesuai untuk budidaya kopi arabika. Seperti halnya yang terjadi di pertanaman kopi rakyat di Kabupaten Bangli, Propinsi Bali, dimana sekitar 40% tanaman kopi robusta ditanam pada lahan-lahan yang sesuai untuk budidaya kopi arabika.

Kasus penanaman kopi robusta yang dilakukan pada lahan-lahan yang sesuai untuk kopi arabika pada pertanaman kopi rakyat di Kabupaten Bangli, tentu juga terjadi pada pertanaman kopi rakyat di daerah lainnya di Indonesia, mengingat bahwa sekitar 96% perkebunan kopi di Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang umumnya belum menerapkan teknik budidaya yang benar. Oleh karena itu, rehabilitasi pada pertanaman kopi dengan kondisi demikian lebih tepat dilakukan dengan cara konversi tanaman kopi robusta menjadi kopi arabika, mengingat kondisi agroekologinya yang sesuai untuk pertumbuhan kopi arabika.

Dalam konversi tanaman kopi robusta menjadi kopi arabika dilakukan dengan teknik sambung, dimana tanaman kopi robusta berlaku sebagai batang bawah, adapun batang atas adalah kopi arabika varietas unggul. Pelaksanaan teknik sambungan di lapangan dilakukan  dengan menggunakan metode siwingan, yaitu dengan memangkas separuh bagian tajuk kopi robusta diatas sambungan. Metode ini selain dapat mendorong pertumbuhan sambungan lebih sehat, juga masih dapat diperoleh hasil panen dari kopi robusta hingga 55%. Dengan metode konversi ini juga mudah dilakukan penggantian jenis klon batang atas bila didapatkan klon-klon baru yang lebih unggul pada masa yang akan datang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Rubiyo dan Suharyanto (2007) mengenai konversi kopi robusta menjadi kopi arabika pada perkebunan kopi rakyat di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali, mendapatkan bahwa:

Penerapan teknologi rehabilitasi konversi kopi robusta menjadi kopi arabika dengan teknik sambung memberikan dampak perubahan tidak saja pada aspek produksi dan pendapatan petani, tetapi juga memberikan dampak pada struktur biaya usahatani termasuk struktur tenaga kerja.
Penerapan teknologi telah meningkatkan biaya input usahatani hingga 69,93%, adapun terhadap produktivitas usahatani peningkatannya
lebih rendah yaitu 59,17%.  Walaupun demikian pendapatan usahatani meningkat sekitar 142,54% dikarenakan faktor harga output yang kondusif, dimana harga kopi arabika jauh lebih mahal dibandingkan kopi robusta.

Selain di Propinsi Bali, teknik rehabilitasi konversi ini telah diterapkan pada perkebunan kopi rakyat di Propinsi Aceh, Lampung dan Nusa Tenggara Timur, diharapkan kedepan penerapan teknik ini dapat juga  menjangkau perkebunan-perkebunan kopi rakyat di propinsi lain, sehingga lambat laun dapat meningkatkan proporsi luasan maupun produksi kopi arabika di Indonesia. Seperti diketahui dari empat negara produsen utama kopi dunia, dimana Indonesia  berada di urutan keempat produsen terbesar  setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, selama ini hanya Indonesia dan Vietnam yang dominan menghasilkan kopi robusta, adapun produksi kopi Brazil didominasi oleh kopi arabika yang mencapai 76%, bahkan produksi kopi arabika Kolumbia mencapai 98%, bandingkan dengan Indonesia yang pada tahun 2011 hanya memproduksi kopi arabika sebanyak 22%.

Walaupun produksi kopi arabika Vietnam pada tahun 2011 masih sekitar 5%, tetapi saat ini Vietnam telah melakukan program yang agresif dan terarah dalam konversi tanaman kopi robusta ke kopi arabika, sehingga sebagai pesaing Indonesia jangan terlena dan harus mencermati langkah Vietnam tersebut.  Dukungan pemerintah Vietnam sangat nyata bagi peningkatan areal dan produktivitas kopi arabika, dimana selama ini keberhasilan Vietnam dalam pengembangan kopi mendapat dukungan penuh pemerintah seperti membangun jalan-jalan di sentra produksi kopi untuk memperlancar transfortasi hasil panen serta pembangunan fasilitas prasarana dan sarana lainnya, yang menunjang pengembangan kopi, begitupun peningkatan dana penelitian, penyuluhan maupun bantuan kredit bagi petani, sehingga Vietnam yang beberapa tahun lalu sama sekali tidak terdengar soal kopinya namun berkat dukungan pemerintahnya dengan demikian gencar menjadikan produksi kopi Vietnam menjadi hebat, nampaknya dalam hal ini Indonesia perlu belajar dari Negara Vietnam.

Diharapkan keberhasilan teknologi rehabilitasi konversi kopi robusta menjadi kopi arabika dengan tanpa harus membongkar tanaman kopi robusta yang sudah tua, dapat juga berhasil meningkatkan daya saing kopi Indonesia terutama kopi arabika  di pasar internasional, mengingat kopi arabika asal Indonesia sudah memiliki reputasi baik di pasar internasional sebagai kopi spesialti yang bercitarasa tinggi, yang akan berdampak positif pada peningkatan pendapatan petani, peningkatan nilai devisa serta peningkatan perekonomian Indonesia (Rubiyo, Bambang E.T. dan Juniaty Towaha/BALITTRI)..

Read More

Wednesday, March 26, 2014

Manfaat Tanaman Pelindung pada Budidaya Kopi

Tanaman kopi (Coffea sp. ) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada berbagai daerah dengan berbagai ketinggian tempat. Untuk daerah dataran rendah sampai menengah dapat diusahakan jenis kopi robusta sedang pada derah dataran tinggi digunakan jenis kopi arabika.

Dalam budidayanya, tanaman kopi memerlukan tanaman pelindung untuk mengurangi intensitas matahari yang sampai di kanopi daun, karena tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik apabila diusahakan pada areal yang terbuka. Berbagai jenis tanaman pelindung telah banyak dikenal oleh pekebun kopi, diantaranya adalah: tanaman gamal, lamtoro, dadap, suren dan lain sebagainya.

Tanaman kopi juga dapat digunakan sebagai tanaman sela diantara tanaman tahunan lainnya yang dapat difungsikan sebagai tanaman pelindung seperti kayumanis, karet, kelapa, damar, belimbing, keluwak dan lain-lainnya dengan mengatur jarak dan sistem tanam yang akan digunakan untuk menanam tanaman kopi (Gambar 1.).
Gambar 1. Polatanam Keluwak + kopi (A), belimbing + kopi (B) dan damar + kopi (C)
Gambar 1. Polatanam Keluwak + kopi (A), belimbing + kopi (B) dan damar + kopi (C)

Respon pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi terhadap tanaman pelindung ini sangat nyata. Pada pertanaman kopi yang diusahakan di tempat terbuka tanpa menggunakan tanaman pelindung pertumbuhannya akan sangat lambat, warna daunnya kekuningan, tanaman cenderung tumbuh kerdil yang ditandai dengan semakin pendeknya panjang antar cabang produktif, pembungaan lebih lambat, produksinya juga akan lebih rendah karena cabang produksinya lebih pendek jika dibanding dengan tanaman kopi yang budidayanya menggunakan tanaman pelindung.

Sebaliknya, apabila tanaman pelindungnya terlalu rimbun tanaman kopi akan mengalami pertumbuhan yang kurang baik yang ditandai dengan daun berwarna hijau gelap, melebar dan lebih tipis dengan jumlah daunnya juga berkurang (Gambar 2).

Oleh karena itu dalam budidaya tanaman kopi penggunaan tanaman pelindung yang sesuai dengan kebutuhan sinar matahari untuk tanaman kopi sangat diperlukan sehingga diperoleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik.
Gambar2. Tanaman kopi tanpa pelindung (A), dengan pelindung (B), pelindung terlalu rapat (C)
Gambar2. Tanaman kopi tanpa pelindung (A), dengan pelindung (B), pelindung terlalu rapat (C)

Hasil observasi terhadap parameter vegetatif tanaman kopi Kartika-1 umur 10 bulan setelah tanam yang ditanam dengan menggunakan tanaman pelindung dan pada lahan terbuka/tanpa pelindung disajikan dalam Tabel 1, berikut.
Tabel Rataan Pertumbuhan vegetatif tanaman kopi Kartika-1 yang ditanam dengan menggunakan pelindung dan ditempat terbuka tanpa pelindung
Tabel Rataan Pertumbuhan vegetatif tanaman kopi Kartika-1
yang ditanam dengan menggunakan pelindung dan
ditempat terbuka tanpa pelindung


Dari Gambar 2 dan Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa parameter vegetatif tanaman kopi Kartika-1 yang diusahakan dengan menggunakan tanaman pelindung menampilkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dan lebih seragam dibanding dengan tanaman kopi tanpa tanaman pelindung.

Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik di dalam budidaya tanaman kopi, penggunaan tanaman pelindung sangat diperlukan.

(Dibyo Pranowo/Peneliti Balittri).
Read More

Tuesday, March 25, 2014

Budidaya Tanaman Kopi Arabika

Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup penting karena mempunyai nilai ekonomis yang relative tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia.

Tanaman kopi jenis arabika sat ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83 U$D/Kg.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan harga kopi Robusta di pasaran dunia antara lain :

  • Kelangkaan pasok jenis kopi Arabika.
  • Kopi robusta mengalami over supply.
  • Penggunaan kopi Robusta semakin tinggi.
  • Situasi pasaran dunia untuk jenis Robusta menurun sehingga ICO melakukan pemotongan kuota sebanyak 2 kali lipat dalam setahun.
Kopi Gayo, Ateng Janda
Kopi Gayo, Ateng Janda
http://winiardi.blogspot.com/2013/04/menjual-bibit-kopi-dan-tanaman-hias.html

Dari hal tersebut perlu adanya usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun.
Usaha untuk merebut peluang pasar kopi antara lain dengan Pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi kopi Arabika.

Peremajaan Tanaman Kopi
Peremajaan adalah usaha menggantikan tanaman yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktivitasnya rendah sehingga perlu diganti dengan yang baru dan dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Perluasan Lahan Kebun Kopi
Kegiatan perluasan adalah menanam tanaman kopi di areal baru yang lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi.
Rehabilitasi Kebun
Rehabilitasi kebun adalah kegiatan untuk memulihkan kondisi kebun ke keadaan yang lebih baik, sehingga produktivitasnya meningkat. Rehabilitasi tanaman ditujukan pada populasi tanaman yang telah berkurang karena kesalahan kultur teknis, serangan hama dan penyakit serta kekeringan yang akan akan mengakibatkan produktivitas tanaman per hektar rendah atau tidak menguntungkan untuk diusahakan.

Budidaya Tanaman Kopi Arabika

Pada dasarnya untuk usahatani dan budidaya kopi arabika melalui kegiatan Perluasan, Peremajaan dan Rehabilitasi adalah sama seperti pada kegiatan penanaman baru, yaitu :
1. Syarat Tumbuh
a. Lokasi
Letaknyas terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter.
Lahan bebas hama dan penyakit
Mudah pengawasan

b. Tanah
PH tanah : 5,5 – 6,5
Top Soil : Minimal 2 %.
Strukrur tanah : Subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm.

c. Iklim
Tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl
Suhu : 15º C – 25º C.
Curah hujan : 1.750 – 3000 mm/thn, Bulan kering 3 bulan

2. Bahan Tanaman
Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan Bibit Siap Salur dengan kriteria sebagai berikut :
Sumber benih
  1. Benih harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah ditunjuk.
  2. Umur bibit : 8 -12 bulan
  3. Tinggi : 20 -40 cm
  4. Jumlah minimal daun tua : 5 – 7
  5. Jumlah cabang primer : 1
  6. Diameter batang : 5 – 6 cm

Kebutuhan bibit/ha
  1. Jarak tanam : 1,25 m x 1,25 m
  2. Populasi : 6.400 tanaman
  3. Untuk sulaman : 25 %

3. Penanaman
a. Jarak Tanam
Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :
  1. Segi empat : 2,5 x 2,5 m
  2. Pagar : 1,5 x 1,5 m
  3. Pagar ganda : 1,5 x 1,5 x 3 cm

b. Lobang Tanam
  1. Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.
  2. Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.
  3. Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.
  4. Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.
  5. 2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang.
  6. Tanah urugan jangan dipadatkan.

c. Penanaman
  1. Penanaman dilakukan pada musim hujan
  2. Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.
Kopi Gayo, Ateng Super
Kopi Gayo, Ateng Super
http://winiardi.blogspot.com/2013/04/menjual-bibit-kopi-dan-tanaman-hias.html


4. Pemeliharaan
a. Penyiangan
  1. Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi.
  2. Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah
  3. Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 x setahun

b. Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung
  1. Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis.
  2. Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada.
  3. Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.

 Pengaturan pohon pelindung
  1. Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi
  2. Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
  3. Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.

c. Pemangkasan Kopi
Pangkasan Bentuk
  1. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m
  2. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas
  3. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan

Pangkasan Produksi
  1. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.
  2. Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak menghasilkan buah.
  3. Pembuanagn cabang-cabang yang terserang hama penyakit.
  4. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal musim hujan.

Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)
  1. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun menurun
  2. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggio 40 – 50 cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.
  3. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk
  4. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1 -2 tunas yang pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.
  5. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya tinggi.


5. Pemupukan
Dosis pemupukan kopi per pohon adalah :
  1. Umur 1 tahun : 50 gr Urea, 40 gr TSP, dan 40 gr KCL.
  2. Umur 2 tahun : 100 gr Urea, 80 gr TSP, dan 80  gr KCL.
  3. Umur 3 tahun : 150 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
  4. Umur 4 tahun : 200 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
  5. Umur 5-10 tahun : 300 gr Urea, 150 gr TSP, dan 240 gr KCL.
  6. Umur 10 thn keatas : 500 gr Urea, 200 gr TSP, dan 320 gr KCL.


Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-masing setengah dosis. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon (± 1 m)

6. Pengendalian Hama Penyakit
a. Hama
Hama Bubuk Buah
  • Penyebab adalah sejenis kumbang kecil
  • Menyerang buah muda dan tua
  • Pengendalian dengan mekanis yaitu dengan mengumpulkan buah-buah yang terserang, secara kultur teknis dengan penjarangan naungan dan tanaman sedangkan secara chemis dengan Insektisida Dimecron 50 SCW, Tamaron, Argothion, Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.

Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus)
  • Menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi.
  • Daun menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering.
  • Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.

b. Penyakit
Penyakit Karat Daun
  • Penyebab adalah sejenis Cendawan.
  • Tanda serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati.
  • Pengendalian secara kultur teknis dengan menanam jenis kopi arabika yang tahan sepertio S 333, S 288 dan S 795 serta menjaga agar kondisi FungisidaDithane M-45 dengan dosis 2 gr/liter air.

c. Panen
  • Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun.
  • Petik buah yang betul masak dengan warna merah, tua agar menghasilkan kopi yang berkualitas.
  • Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting) yang rusak.



Sumber: http://asmacs.wordpress.com/budidaya-tanaman-kopi
Read More

Monday, March 24, 2014

Jenis-Jenis Kopi di Indonesia

Kopi arabika. 
Penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia. Jenis kopi ini oleh Gubernur Jenderal Belanda di Malabar dikirim juga ke Batavia pada tahun 1696. Karena tanaman ini kemudian mati oleh banjir, pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya menyebar ke berbagai bagian di kepulauan Indonesia (Gandul, 2010).
Sekitar satu abad kopi arabika telah berkembang sebagai tanaman rakyat. Perkebunan kopi pertama diusahakan di Jawa Tengah (Semarang dan Kedu) pada awal abad ke-19, sedang perkebunan kopi di Jawa Timur (Kediri dan Malang) baru dibuka pada abad ke-19, dan di Besuki bahkan baru pada akhir tahun 1900an. Hampir dua abad kopi arabika menjadi satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Budidaya kopi arabika ini mengalami kemunduran karena serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876. Kopi arabika hanya bisa bertahan di daerah-daerah tinggi (1000 m ke atas), di mana serangan penyakit ini tidak begitu hebat.

Kopi robusta. 
Kopi Robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1900 (Gandul, 2010). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena itu kopi ini cepat berkembang, dan mendesak kopi-kopi lainnya. Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi Robusta.

Kopi spesial Indonesia. 
Di dunia termasuk di Indonesia dikenal kopi khas yang citarasanya khas. Contoh kopi tersebut di Indonesia antara lain kopi lintong, kopi toraja dan lainnya, yang umumnya adalah jenis kopi arabika. Secara historis dikenal juga kopi luwak yang sangat terkenal citarasanya karena cara panen dan prosesnya yang melalui hewan luwak.

Read More

Sunday, March 23, 2014

Harga Kopi Dalam Beberapa Bulan ke Depan Bakal Melambung

Kekeringan yang melanda Brasil, salah satu negara produsen kopi dunia ditelah mengerek harga kopi dan akan terus mendorong kenaikan harga di pasar global. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) memprediksi tren kenaikan harga akan berlanjut hingga enam bulan ke depan.

Pranoto Soenarto, Ketua Kompartemen Industri dan Spesialti Kopi AEKI menuturkan, dalam tiga pekan terakhir harga kopi naik cukup signifikan gara-gara kondisi di Brazil  tersebut. Kenaikan harga kopi itu terjadi baik untuk jenis kopi arabika maupun kopi robusta. "Naiknya harga kopi internasional juga berpengaruh pada harga kopi Indonesia," jelasnya kepada KONTAN Senin (10/3/2014).

Pranoto bilang, saat ini harga kopi arabika ada di kisaran US$ 4 per kilogram (kg), naik 81,8% ketimbang tiga pekan lalu yang ada di kisaran US$ 2,2 per kg. Sedangkan harga kopi robusta saat ini ada di kisaran US$ 2,1 per kg, naik 31,25% dari tiga pekan yang lalu yang ada di kisaran US$ 1,6 per kg.

Pranoto memperkirakan, dalam enam bulan ke depan harga kopi arabika akan mencapai US$ 5 per kg. Sementara untuk harga kopi robusta diprediksi bakal terkerek ke kisaran US$ 2,5 per kg.
ESPRESSO yang keluar hasilnya terdiri dari crema di lapisan atasnya dan kopi cair di bagian bawahnya
ESPRESSO yang keluar hasilnya terdiri dari crema di lapisan atasnya dan
kopi cair di bagian bawahnya

Saimi Saleh, Presiden Direktur PT Indokom Citra Persada bilang, fluktuasi harga kopi sangat dipengaruhi oleh hasil panen di negara produsen kopi dunia. Selain itu kondisi ekonomi global seperti adanya perlambatan ekonomi di Eropa dan Amerika juga turut berpengaruh terhadap permintaan kopi.

Seperti dikutip Bloomberg pekan lalu, cuaca kering dan panas melanda Brasil yang  merupakan salah satu sentra produksi kopi pada Januari hingga Februari lalu. Kondisi  tersebut diperkirakan bakal berdampak pada produksi kopi dunia di dua tahun ini, yaitu 2014 - 2015.

Mengenai Indonesia sendiri, menurut data Kementerian Pertanian, realisasi produksi kopi 2013 mencapai 670.000 ton, naik 1,97% dari 657.000 ton di tahun 2012. Sementara itu, secara global produksi kopi dunia untuk periode 2013-2014 sekitar 526,77 juta ton, turun dari periode 2012-2013 sekitar 542,56 juta ton.

Tahun ini AEKI memperkirakan produksi biji kopi nasional sekitar 480.000-500.000 ton. Jenis produksi kopi Indonesia ini terdiri dari 75% merupakan jenis kopi robusta, dan sekitar 25% kopi arabika. Sementara itu, ekspor kopi Indonesia tahun ini diperkirakan sama seperti tahun lalu yang sekitar 400.000 ton.

Selama ini Indonesia mengekspor kopi ke lebih dari 80 negara. Diantaranya, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, Belgia, Italia, Inggris, Afrika, Timur Tengah, dan negara-negara ASEAN seperti Filipina, Malaysia dan Singapura.


Sumber:
http://aceh.tribunnews.com/2014/03/11/hingga-beberapa-bulan-ke-depan-harga-kopi-bakal-melambung
Read More

Mengenal Tanaman Kopi

Sebelum kita bercocok tanam kopi, terlebih dahulu kita harus mengenal bagaiamana sebenarnya pohon kopi tersebut. Sehingga dengan demikian kita bisa mengetahui dan dapat mencarikan hal-hal apa yang diperlukan untuk bercocok tanam kopi yang baik.

Misalkan saja kita bisa mencarikan tanah yang baik untuk bercocok tanam kopi, dan iklim yang bagaimana pula yang diperlukan oleh tanaman kopi dan sebagainya.

Maka untuk mengenal pohon kopi, kita bisa melihat dari beberapa sudut berikut:

A. Akar

Perakaran dalam pohon kopi ini relatif dangkal. Boleh dikatakan kalau lebih dari 90 persen, akar-akar kopi ini terdapat di lapisan tanah yang dalamnya hanya antara 0-30 cm. Disebabkan karena inilah maka tanaman kopi sangat peka terhadap kandungan bahan organik, perlakuan tanah dan juga terhadap saingan rumpai.

Struktur tanah yang baik sangatlah diperlukan untuk tanaman kopi, karena memang pohon ini sangat memerlukan oksigen.
Gambar 5: Perakaran Tanaman Kopi

Gambar 6: Perakaran Tanaman Kopi


Lalu yang kita ketahui lagi, kalau pertumbuhan akar di dalam tanah itu baik, maka dapat dipastikan menjadikan pertumbuhan pohon diatas baik juga. Sebab untuk pohon kopi ini antara berat akar dan bagian-bagian pohon diatas tanah/shoot terdapat korelasi yang positif.

Bila saja pertumbuhan akar tanaman ini terhambat, maka akan dapat mengakibatkan tanaman tersebut kelihatan kerdil. Hal itu biasanya karena kekurangan air atau kekurangan udara atau bahkan tergenang air.

B. Batang dan Cabang

Kopi memperlihatkan dimorfisma dalam pertumbuhan vegetatifnya.
-        pertumbuhan ortotropik (tegak)
-        pertumbuhan plagiotropik (kesamping)

Batang dan tunas-tunas air atau yang sering disebut dengan nama wiwilan, tumbuh ortotropik, sedang cabang plagiotropik.

Bagian tanaman yang tumbuh ortotropik dapat menghasilkan pertumbuhan ortotropik dan plagiotropik. Namun sebaiknya bagian yang tumbuh plagiotropik hanya bisa menghasilkan pertumbuhan plagiotropik dan tidak dapat menghasilkan ortotropik. Oleh karena itu, sambungan cabang atau stek cabang tidak dapat tumbuh ke atas, namun biasanya tumbuhnya terus menyamping.
Gambar 7: Batang dan Dahan Tanaman Kopi

Pada ketiak daun batang terdapat 2 macam kuncup tunas yaitu:
1.      Kuncup tunas primair
a.      Hanya satu di bagian paling atas
b.      Dapat tumbuh menjadi cabang primair (cabang buah). Kecuali pada 2-5 pasang daun yang paling bawah.
2.      Kuncup tunas reproduksi
a.      Berjumlah 4-5 buah, terletak di bawah kuncup-kuncup primair.
b.      Dapat tumbuh menjadi tunas reproduksi (tunas air/wiwilan).

Kemudian pada setiap ketiak daun dapat tumbuh tunas reproduksi beberapa kali, akan tetapi cabang primair hanya terbentuk satu kali. Oleh karena itu buah terbentuk pada cabang-cabang primair maka cabang ini sangat penting artinya. Kemudian susunan tunas semacam ini juga terdapat pada ketiak-ketiak daun cabang primair dan dinamakan:
1.      Kuncup tunas sekunder
2.      Kuncup tunas reproduksi

Adalah berbeda dengan kuncup-kuncup tunas pada batang, kuncup-kuncup ini dapat tumbuh menjadi bunga. Namun pada umumnya pada setiap ruas hanya sekali berbentuk bunga, kecuali pada kopi Ekselsa.

Lalu pada cabang-cabang primair yang kuat pertumbuhannya, kuncup-kuncup tunas ini sebagian dapat menjadi cabang.
a.      Kuncup tunas sekunder dapat tumbuh menjadi cabang sekunder
b.      Kuncup tunas reproduksi dapat tumbuh menjadi cabang reproduksi, cabang cacing atau cabang balik.

C. Daun

Daun kopi ini tumbuh berhadapan dan berpasangan, baik itu yang tumbuh pada cabang maupun batang. Pada cabang, daun-daun itu berpasangan dan terletak pada satu bidang. Akan tetapi pada batang dan wiwilan pasangan-pasangan daun tersebut tak terletak pada satu bidang. Pasangan-pasangan daun tersebut akan terletak pada satu bidang. Pasangan-pasangan daun tersebut akan terletak pada bidang-bidang yang bersilangan. Kemudian yang perlu juga diketahui bahwa stomata atau mulut daun ternyata berbeda-beda dan ini menurut jenis kopi.

Jumah Stomata Pada Daun:
1.      Kopi Arabika memiliki jumlah stomata 148-185 per mm2.
2.      Kopi Liberika memiliki jumlah stomata 216-326 per mm2.
3.      Kopi Robusta memiliki jumlah stomata 302-388 per mm2.

Jumlah stomata persatuan luas daun juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Menurut Alvim, makin besar intensitas cahaya maka makin besar/banyak jumlah stomata.

Daun kopi ini akan menjadi lebar, tipis dan lembek apabila intensitas cahaya terlalu sedikit. Dengan demikian maka performance daun juga dapat dipakai untuk mengontrol pengaturan naungan.

D. Bunga dan Buah

Bunga kopi ini akan terbentuk pada ketiak-ketiak daun dari cabang. Pada tiap ketiak akan terdapat 4-5 tandan. Untuk itu masing-masing akan terdiri dari 3 sampai 5 bunga. Hingga dengan demikian maka tiap ketiak akan dapat dibentuk antara 12 sampai 25 bunga, atau katakanlah 24 sampai 50 bunga per dompolannya.

Pada kopi arabika, pada umumnya jumlah tandannya akan lebih sedikit hingga dompolannya lebih kecil bila dibandingkan dengan jenis kopi robusta. Pada kondisi iyang optimal jumlah bunga ini bisa mencapai lebih dari 6000 sampai 8000 per pohon. Namun bunga yang bisa menjadi buah hingga masak biasanya hanya berkisar antara 30 sampai 50 persen.

Mahkota bunga berwarna putih, dengan jumlah mahkota yang berbeda-beda menurut jenis kopinya, yatu:
1.      Kopi Arabika memiliki 5 daun mahkota;
2.      Kopi Robusta memiliki 308 daun mahkota;
3.      Kopi Liberika memiliki 6-8 daun mahkota.

Juga demikian dengan panjang tangkai putiknya, ini pun menurut dari jenis kopinya.
1.      Kopi Arabika memiliki panjang tangkai putik yang lebih pendek apabila dibandingkan dengan benang sarinya;
2.      Kopi Robusta memiliki panjang tangkai putik yang lebih panjang apabila dibandingkan dengan benang sarinya;
3.      Kopi Liberika memiliki panjang tangkai putik yang lebih panjang apabila dibandingkan dengan benang sarinya.


Gambar 8: Pohon Kopi yang Mulai Berbunga
Gambar 9: Pohon Kopi yang Mulai Berbuah


Kemudian penyerbukan dari masing-masing jenis ini juga berbeda:
1.      Kopi Arabika, menyerbuk sendiri/Self Pollinator;
2.      Kopi robusta, menyerbuk silang/ Cross ollinator;
3.      Kopi Liberika, menyerbuk silang/Cross Pollinator.

Penyerbukan pada tanaman kopi ini biasanya dibawa oleh angin. Pembawaaan ini bisa sampai 100 meter dari pohon itu sendiri, namun sebenarnya yang paling baik hanyalah yang dibawa berjarak 35 meter dari pohon itu sendiri. Pada umumnya tanaman kopi ini akan mengeluarkan bunga pada umur 3 tahun dan kemudian nanti pada usia 4 tahun baru mulai berubah. Untuk bakal buah ini terletak dibawah dan berisikan dua bakal biji. Pada setiap buah kopi masih kelihatan bekas tempat daun mahkota.

Buah kopi ini menjadi masak dalam waktu antara 9 bulan sampai 1 tahun. Hal ini sebenarnya juga tergantung dari jenis kopi itu sendiri masing-masing:
1.      Kopi Arabika, masak pada 9-10 bulan;
2.      Kopi Robusta, masak pada 10-11 bulan;
3.      Kopi Liberika, masak pada 11-12 bulan;
4.      Hibrida Kawisari, masak pada 9-10 bulan;
5.      Hibrida Conuga, masak pada 10-11 bulan;
6.      Hbrida O.P. masak pada 11-12 bulan.

Kemudian perlu diketahui pula, bahwa pertumbuhan bakal buah ada kalanya juga mengalami kelainan, sehingga berubah menjadi:
1.      Kopi Lanang, (rondboon/ pea berry) hanya satu bakal buah yang berkembang;
2.      Kopi Gabuk (voosboon/ emty bean) bakal buah tidak berkembang;
3.      Kopi Gajah (elephant bean) terdapat lebih dari dua biji karena adanya poliembrioni.

Keadaan yang abnormal ini banyak terjadi pada jenis kopi Arabika, yaitu sering dijumpai poliembrioni dan polispermi. Dimana dalam satu buah terdapat lebih dari 2 endosperm/ berbiji banyak.
Read More