A. Tentang Kopi
Tanaman
 yang termasuk Genus Coffea dari Famili Rubiaceae ini adalah salah satu 
dari tiga bahan minuman yang non alkoholik. Adapun tiga minuman tersebut
 adalah; Kopi, Teh, dan Coklat.
Produksi
 kopi dunia semenjak abad ke-20 hingga sekarang ini telah meningkat 
menjadi 5 kali lipat. Adapun benua-benua yang menjadi penghasil kopi 
terbesar di dunia ini adalah benua Amerika yang terdiri dari Amerika 
Selatan dan Amerika Tengah. Kemudian Afrika dan disusul Benua Asia.
Menurut statistik yang dibuat pada tahun 1968, prosentase dari benua-benua penghasil kopi dunia adalah sebagai berikut:
1.      Amerika Selatan sebesar 48 persen;
2.      Amerika Tengah sebesar 16 persen;
3.      Afrika sebesar 29 persen;
4.      Asia sebesar 7 persen.
Kemudian
 kalau diperinci per negara-negaranya akan diketahui seperti ini, untuk 
Benua Amerika yang paling menonjol adalah Brasilia dan Columbia. Untuk 
Benua Afrika, negara-negaranya rata-rata hampir sama dalam produksi 
kopinya, kemudian produsen kopi dari Benua Asia adalah Indonesia, India 
dan Philipina.
Sedangkan
 dari Indonesia sendiri, produksinya kurang lebih hanya 3 sampai 4 
persen dari produksi dunia. Sedangkan kebanyakan kopi yang ditanam di 
Indonesia adalah kopi dari jenis robusta dan sedikit yang dari jenis 
Arabika.
Perlu
 juga diketahui bahwa produksi dunia saat ini, boleh dikatakan bahwa 80 
persen terdiri dari jenis kopi arabika dan 20 persen dari jenis kopi 
robusta.
Sebenarnya
 memang ada lagi jenis kopi Liberika, akan tetapi jenis ini sekarang 
tidak lagi banyak ditanam orang karena banyak mengandung rasa asam 
hingga tidak begitu disukai.
B. Asal-usul Kopi
Kopi
 ini termasuk dalam Genus Coffea dari Famili Rubiaceae, kini kopi yang 
banyak ditanam di Indonesia adalah jenis Arabika dan robusta. Akan 
tetapi sebenarnya kedua jenis kopi yang ditanam itu bukanlah merupakan 
tanaman asli Indonesia. Asal dari kopi tersebut adalah dari Benua 
Afrika. Di Indonesia pada abad 18 dan 19, pernah ditanam kopi jenis 
Liberika, akan tetapi sekarang, semenjak abad ke-20 kebanyakan kopi yang
 ditanam di Indonesia adalah jenis Kopi Robusta dan sebagian jenis Kopi 
Arabika.
Sebenarnya
 jenis kopi yang pertama dimasukkan ke Indonesia adalah jenis kopi 
arabika. Kopi jenis tersebut masuk Indonesia pada tahun 1696, akan 
tetapi tanaman itu lalu mati karena terserang banjir yang melanda dengan
 hebat.
Kemudian
 pada tahun 1699 kembali didatangkan bibit-bibit arabika yang baru. 
Untuk pertama kalinya ditanam di sekitar Jakarta dan Jawa Barat. Setelah
 berhasil baik lalu disebarkan keseluruh kepulauan Indonesia.
Satu
 abad lebih jenis kopi ini telah membudaya menjadi tanaman rakyat. 
Sedangkan fihak perkebunan sendiri telah mengusahakan kopi tersebut di 
daerah semarang dan Kedu Jawa Tengah. Dengan keberhasilannya ini, maka 
pada akhir abad 19 juga dibuka perkebunan kopi di Jawa Timur. Kebun itu 
terletak di Malang dan Kediri. Setelah itu menjalar lagi sampai daerah 
Besuki.
![]()  | 
| Gambar 1: Pohon Kopi Jenis Arabika, Daunnya Lebar | 
![]()  | 
Gambar 2: Pohon Kopi Jenis Robusta 
 | 
Dengan
 adanya serangan penyakit ini maka kopi-kopi jenis arabika hanyalah kuat
 bertahan di daeah-daerah tinggi, yang lebih dari 1000 meter diatas 
permukaan laut (dpl). Sebab di daerah-daerah tinggi itu serangan 
penyakit tersebut tidaklah begitu hebat. Akibatnya maka produksi Arabika
 menjadi mundur dan menurun drastis.
Sedangkan
 jenis kopi Liberika dimasukkan ke Indonesia ini sejak tahun 1875. 
Pemasukan kopi jenis liberika ini adalah salah satu usaha untuk 
mengatasi penyakit karat daun. Dengan harapan jenis ini akan lebih kuat 
dibandingkan dengan jenis arabika dalam serangan penyakit karat daun.
Namun
 ternyata jenis ini pun tidak banyak bedanya dengan jenis arabika. Mudah
 pula diserang oleh penyakit karat daun. Dan lagi jenis ini kurang 
disukai oleh masyarakat sebab rasanya terlalu asam. Dengan demikian maka
 jenis kopi ini lalu tidak ditanam lagi oleh masyarakat. Mungkin kini 
sisa-sisanya ada beberapa di daeah-daerah tertentu saja.
Kopi
 robusta mulai masuk di Indonesia pada tahun 1900. Setelah diadakan 
penyelidikan dan percobaan-percobaan oleh para ahli pertanian dan 
perkebunan, maka mulai ditanam jenis kopi robusta. Ternyata memang jenis
 ini dapat tahan dengan penyakit karat daun.
Selain
 kuat terhadap serangan penyakit karat daun, jenis kopi ini juga 
memerlukan persyaratan tumbuh yang lebih ringan bila dibandingkan dengan
 jenis kopi arabika, dan yang lebih penting dan menggembirakan lagi 
produksinya jauh lebih tinggi.
![]()  | 
Gambar 3: Penyakit Karat pada Daun Kopi Arabika 
 | 
Dengan
 adanya keuntungan-keuntungan itulah maka jenis ini cepat berkembang dan
 mendesak jenis-jenis kopi lainnya. Sampailah saat ini bila diperkirakan
 95 persen dari areal perkebunan kopi di Indonesia terdiri dari jenis 
Robusta.
Seperti
 telah diterangkan diatas kalau jenis kopi Arabika ini hanya dapat 
tumbuh di daerah yang ketinggiannya lebih dari 1000m dpl. Sedangkan 
untuk jenis robusta bisa tumbuh di daerah yang ketinggiannya 100 meter 
sampai dengan 750 meter dpl. Maka dengan demikian terjadilah zonal gap 
yang berarti ada zona dengan jarak vertikal 200 meter sampai 250 meter 
yang tidak bisa ditanam kopi. Untuk menutup gap ini, maka telah diadakan
 penelitian yang kemudian pada tahun 1929 dimasukkanlah veritas 
Abyssinica (Coffea Arabica Veritas Abyssinica) sedangkan yang telah ada 
di Indonesia adalah Arbika yang termasuk Coffea Arabica Veritas Typica.
Kemudian
 pada tahun 1955/1956, dapatlah dipilih dan setelah melalui proses 
penelitian serta penyelidikan dan ujian-ujian buat pohon kopi jenis 
tersebut, ternyata jenis kopi Arabika veritas Abyssinica yang berasal 
dari India dapat tahan dari serangan karat daun.
Selain
 kuat terhadap serangan karat daun, jenis Arabika Abyssinica ini dapat 
tumbuh di daerah yang tingginya 500meter dpl. Dengan ditemukannya kopi 
jenis ini, maka tidak ada lagi gap daerah untuk tanaman kopi. Hingga 
dengan demikian maka bisa saja daerah-daerah dataran rendah ditanami 
Robusta dan dataran tinggi ditanami kopi jenis Arabika.
Di Indonesia, daerah-daerah yang menanam jenis Kopi Arabika adalah Jawa Timur; Sumatera Utara; Aceh; Bali; dan Sulawesi Selatan.
Namun
 sayang sekali, semenjak perang dunia II, produksi kopi menurun dengan 
drastis. Akan tetapi untunglah sekarang setelah mendapat perhatian dan 
penanaman yang lebih intensif lagi, maka kita telah dapat menaikkan 
produksi.
Sejak
 awal tahun 1970-an, orang akan dapat memetik kopi dengan hasil 
rata-rata diatas 10 kwintal per  Hektarnya. Bahkan banyak daerah yang 
bisa menghasilkan lebih dari 15 kwintal untuk setiap hektar.
![]()  | 
| Gambar 4: Perkebunan Kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo, Aceh | 
Untuk
 penghasilan kopi ini, memang Indonesia sendiri belum banyak bicara. 
Sebab hasil produksi kopi Indonesia hanyalah sekitar 3 sampai 4 persen 
saja dari kebutuhan dunia. Namun walaupun demikian, berarti kita telah 
pula cukup bangga, sebab kita telah dapat menutupi kebutuhan kopi buat 
dalam negeri sendiri. Kemudian untuk kawasan Asia, produsen kopi yang 
terpenting adalah Indonesia, India dan juga Philipina.
Seperti
 juga kebanyakan yang ditanam, maka hasil kebanyakan dari kopi kita 
adalah dari jenis Robusta, serta satu hal lagi yang juga cukup 
menguntungkan bagi kita, bahwa kita telah jaran atau tidak lagi menanm 
jenis kopi Liberika. Karena pasaran duniapun tak begitu suka dengan 
jenis kopi yang mempunyai rasa terlalu masam.
Perkebunan-perkebunan
 kopi di Indonesia ini sekarang yang banayk adalah di daerah-daerah luar
 Pulau Jawa. Sebab memang di sana masih cukup banyak areal yang 
mempunyai suhu serta iklim yang baik. Sementara di Jawa pun banyak 
bermunculan para penanam kopi.




EmoticonEmoticon