Wednesday, March 23, 2016

Tertawa Adalah Obat Yang Manjur



Hati yang gembira ialah obat bagi segala penyakit. Benarkah demikian? Berikut ini adalah kutipan dari tulisan yang saya terima pagi ini. Ceritanya menunjukkan pernyataan di atas bahwa hati gembiar adalah obat bagi segala penyakit. Mari kita simak.



(iniyangbaru.com)
BERBAHAGIALAH!

Daerah perumahan Bayeman Permai Jalan Wates KM 3 siang itu cukup lengang. Maklum jam kerja, mungkin para penghuninya sedang beraktivitas di luar. Di teras yang menjadi ruang tunggu itu hanya ada aku, kawanku Mahmud –orang yang mengantarku, dan seorang bapak pengidap vertigo dari Kulonprogo.

Kami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh –berusia sekitar tujuh puluhan- spesialis penyakit dalam yang sudah sangat berpengalaman. Jam sembilan pagi aku dan Mahmud berangkat dari Krapyak, dengan kondisi perut yang masih tak karuan. Sesampainya di depan rumah Dokter Paulus Adrian itu, aku muntah walau memang tak banyak. Hanya muntah basa-basi karena perut mual disiksa belasan polisi tidur di perjalanan tadi.

Sambil duduk menunggu, kuatur napas untuk mengontrol sensasi mules dan cemas yang muncul tiba-tiba. Rasa ingin buang air, sedikit mual, cemas, dan semacamnya adalah hal yang biasa kualami saat asam lambung naik. Persis seperti orang yang lagi stress atau grogi parah.

Pintu terbuka, bapak pengidap vertigo keluar sambil membawa bingkisan obatnya. Aku pun masuk. “Silakan duduk,” sambut Pak Paulus. Aku duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien.

“Apa yang dirasakan, Mas?”

Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opnam dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni.

“Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak,” ungkapku, “Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi.”

“Tapi buat puasa kuat ya?”

“Kuat, Pak.”

“Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!”

Aku terbengong, menunggu penjelasan.

“Asam lambung itu,” terang Pak Paulus, “Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa.”

“Maksudnya, Pak?”

“Orang puasa ‘kan malamnya wajib niat to?”

“Njih, Pak.”

“Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, ‘kan?”

“Iya, ya, Pak,” aku manggut-manggut nyengir.

“Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat.”

Aku melongo lagi.

“Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha,” ia tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda usia.

Kemudian ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau.

“Coba baca, Mas: ‘mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang’. Jadi kalau situ memikirkan; ‘ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik’, apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa,” papar Pak Paulus.

“Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?”

“Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatla sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya.”

“Ooo, gitu ya Pak,” sahutku baru menyadari.

“Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubu kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga.”

Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang ‘enzim kebahagiaan’ endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir.

“Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?”

“Iya, Pak.”

“Itu salah kaprah.”

“Maksudnya?”

“Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa.”

“Haah?”

“Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas.”

“Tapi ‘kan pasien harus bedrest, Pak?”

“Ya ‘kan bisa di rumah.”

“Tapi kalau nggak pakai infus ‘kan lemes terus Pak?”

“Nah situ nggak yakin sih. Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas.”

Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita.

“Dulu,” lanjut Pak Paulus, “Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di Sardjito.
Nggak lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat tangan.

Dia divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan.”

“Lalu, Pak?” tanyaku antusias.

“Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau apa.
Dia cuma nanya; ‘Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bulan.

Kira-kira bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?’

Saya heran saat itu, saya tanya kenapa.

Dia bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen ‘menangi’ momen itu.”

“Waah.. Lalu, Pak?”

“Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen,
tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun.
Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi.
Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati.
Kapanpun mati, siap!
Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup.”

Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu.
Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun.
O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanansudah tak kurasakan lagi.

“Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan.
Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap.
Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy.
Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya.

Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!”

“Orangnya masih hidup, Pak?”

“Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu.”

“Wah, wah, wah..”

“Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu.”

“Lhoh, njenengan pernah Pak?”

“Iya.
Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring.

Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung.

Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri.
Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang.
Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan.”

Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini. Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu drastis.

Persis ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan. Semangat menjadi kembali segar!

“Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha.
Saya juga punya kenalan dokter,” lanjutnya,
“Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, Amerika.

Di sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati kapanpun.

Hingga suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika.
Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika.
Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika Tengah.

Kawannya itu nggak bisa jawab.
Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker.
Nah dia pun kaget, tambah penasaran.”

Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga, “Lanjut, Pak,” benakku.

“Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah.
Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi. Apa yang dia temukan?
Orang-orang di sana makannya sangat sehat.
Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak kita.

Sepiring porsi makan itu tiga perempatnya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan.

Jadi ya betul-betul sehat.
Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah kita.

Bahkan beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan.
Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan.”

Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali.

“Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, akhirnya ikut-ikutan.

Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu.”

“Hasilnya, Pak?”

“Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee.

Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami.
Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,”

“Sembuh, Pak?”

“Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang.
Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa.

Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh.

Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut..”

Takjub, tentu saja.

Pada momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-pengalamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang pesimis.


Memang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus.

“Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan pernapasan.

Situ tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap pagi dan malam.

Itu sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tuuh detik.
Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja.”

Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama. Meskipun dengan tata laksana yang sedikit berbeda.

Terutama untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode empat-tujuh-delapan.

Ketika merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai hal.

Maka pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan.
Tak perlu obat, bius, atau sejenisnya, murah meriah.

Pertama, tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima kali.

Memang iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap.
Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun.

“Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita,” terangnya,


“Jadi kalau situ berdoa dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ berdoa sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe.”

Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang ‘enzim panjang umur’.

“Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah unuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur.
Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang.
Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit.
Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali.”

Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri.

“Puasa?”

“Ya!”

“Senin-Kamis?”

“Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal.

Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit.”

Lagi-lagi, aku manggut-manggut.

Tak asing dengan teori ini.

“Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri.

Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat, nggak usahlah.
Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan.

Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan.

Penyakit apapun itu!
Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya.

Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu.”

Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh.

“Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga.

Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain.

Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh!”

Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disanguni berbagai macam jenis obat pun keliru.

Hanya dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada kaitannya dengan asam lambung apalagi GERD.

Hampir satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja rasanya.

Padahal saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu.

“Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya,” ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak pamit.

Dan jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan saudara-saudaranya.


Terima kasih Pak Paulus. 


Begitu cerita menarik yang menunjukkan jika hati yang gembira bisa jadi obat bagi segala penyakit.

Salam bahagia dan sehat.
Read More

Jakarta Lumpuh Saat Demo Pengemudi Taxy



Kemarin , tepatnya tanggal 22 Maret 2016 ada demo para pengemudi taxy yang melakukan protes agar angkutan basis aplikasi online Grab taxy dan Uber ditutup oleh pemerintah.
 Kondisi jalan di depan Simpang Komdak

Mulai pagi hari selain para pengemudi taxy yang membawa taxy mereka berkumpul di beberapa lokasi mulai dari bundaran HI, di Monas dan di depan Gedung DPR, bahkan angkutan umum lainnya jugaikut ambil bagian dalam aksi unjuk rasa ini. Para pengemudi angkot dan pengemudi bajai juga ikut membawa kenderaan mereka dan berkumpul di lokasi-lokasi di atas.
Kenseraan taxy dan angkutan kota yang parkir di Semanggi


Aktivitas unjuk rasa ini cukup menarik perhatian dan makin menarik karena efeknya juga terasa ke yang lain. Bagi karyawan yang umumnya menggunakan fasilitas bis kota untuk berangkat ke lokasi kerja mereka sebagian mengalami keterlambatan karena kemacetan yang parah di beberapa tempat. Buat kenderaan pribadi juga mengalami hal yang sama.
Seperti di depan Komdak, di jalur keluar tol kenderaan yang akan keluar pintu tol pada pukul sembilan pagi sudah mengalami kemacetan parah dan tidak bisa bergerak.
Taxy berhenti dan menutup jalan menuju Gedung DPR


Beberapa penumpang dari bis terpaksa turun dari bis kota sebelum bis keluar dari pintu tol lalu berjalan kai untuk melanjtkan perjalanan dari Komdak ke tujuan masing-masing.

 Penumpang terpaksa turun dari bis yang tidak bisa melanjutkan perjalanan

Seperti yang ada disiarkan di dalam berita oleh beberapa siaran tv nasional terdapat kejadian penyetopan oleh pengemudi taxy yang ikut aksi protes menghentikan taxy lain yang terlihat mengangkut penumpang, mereka memaksa penumpang turun dan mengajak supir tersebut untuk ikut bergabung dalam aksi protes.
Jakarta lumpuh, kok bisa ya? Kegiatan para pengemudi taxy dan angkutan umum dalam aksibprotes mereka mengakibatkan jalan-jalan utarama di pusat kota Jakarta macet parah dan bisa dikatakan lumpuh total hingga beberapa jam. Bukan saja jalan umum, aktivitas protes ini juga membuat jalur busway macet toal karena tertutup oleh taxy-taxy yang diparkirkan di jalur busway menyebabkan busway tidak bisa bergerak. Arus busway baru bergerak sesaat setelah petugas polisi meminta para sopir taxy bergerak dan mindahkan kenderaan mereka yang menghalangi jalur busway.
 Petugas Keamanan membersihkan Jalur Busway



Akhirnya setelah beberapa jam lumpuh total jalur busway mulai terbuka di sekitar semanggi baik menuju blok M maupun menuju arah kota. Namun di bundaran HI kelumpuhan ini lebih lama karena demikian banyaknya kenderaan taxy yang berhenti dan parkir di tengah-tengah jalan.

Video Suasana Jakarta Lumpuh


Read More

Tuesday, March 22, 2016

Jenis Jenis Kopi dan Minuman Kopi

Salah satu minuman yang paling pavorit di dunia adalah kopi. Penyuka kopi terdiri dari kalangan yang luas mulai muda hingga tua, pria maupun wanita. Untuk membuat minuman ini, ada begitu banyak jenis kopi dan begitu banyak varietas minuman yang dibuat dengan menggunakan biji kopi.
Kopi dapat diklasifikasikan atas dasar jenis biji, berbagai metode pemanggangan atau penyangraian, dan juga atas dasar minuman yang berbeda yang dibuat dengan menggunakan metode yang berbeda dari biji untuk mendapatkan rasa dan bau yang khas dari masing-masing kopi.
Berikut adalah tiga jenis kopi yang paling banyak ditanam diseluruh dunia.


Kopi Arabika.
Kopi Arabika adalah jenis kopi yang paling banyak ditanam oleh petani kopi. Menurut sumber yang saya dapatkan dari Buzzle bahwa sekitar 50% produksi dunia tentang kopi arabika ini. dijelaskan juga bahwa rasa dari biji kopi arabika ini memiliki berbagai macam variasi dari daerah daerah tertentu. Tetapi pada umumnya memiliki rasa dan aroma yang sangat ringan. Negara Afrika adalah produsen utama dari tanaman kopi arabika.

Kopi Robusta.
Kopi Robusta adalah termasuk dalam daftar kopi yang banyak diproduksi juga oleh petani kopi di Indonesia. Dibandingkan dengan jenis kopi Arabika, ciri ciri dari tanaman kopi Robusta ini adalah tanaman ini jauh lebih kuat dan tahan terhadap penyakit dan hama. Hal ini membuat lebih mudah dan lebih ekonomis untuk dibudidayakan. Rasa dari biji robusta jauh lebih kuat daripada biji kopi Arabika. Begitupun kandungan kafein pada biji Robusta lebih dari itu dari biji kopi Arabika.

Kopi Kona.
Kopi Kona adalah jenis Kopi yang paling langka dari biji kopi yang dihasilkan di dunia. karenan jenis kopi ini merupakan yang paling mahal harganya. Kopi Kona banyak diproduksi di negara Hawaii, biji kopi ini memiliki tingkat tertinggi kandungan kafein di dalamnya. Oleh karena itu, kopi ini jarang dicampur dengan jenis lain.


Jenis Minuman dan rasa Kopi
Setelah berbagai jenis biji kopi yang diproduksi di seluruh dunia, berikut adalah jenis minuman yang terbuat dari kopi. Beberapa mungkin kita mengenalnya adalah kopi mantap, kopi panas, kopi kental, bahkan sekarang banyak diproduksi jenis minuman kopi dingin, es kopi dan lain lain.
Berikut adalah jenis minuman yang terbuat dari kopi yaitu: 
Espresso, 
Mocha, Latte , 
Macchiato, 
Kopi Filter, 
Cappuccino, 
Kopi Hitam.
Sedangkan rasa dari minuman kopi yaitu: 
Caramel, 
Butter Rum, 
Vanilla, 
Macadamia Nut, 
Caramel Pecan,
Apricot Cream, 
English Toffee, 
Mint Mocha, 
dan lain lain.
Nah, sekian dulu sedikit artikel dari saya tentang jenis kopi, Jenis minuman kopi dan rasa kopi. Sekedar informasi saja bahwa menikmati kopi tidak harus secara berlebihan dengan cara meminumnya sampai 5 cangkir sehari, karena kita tahu bahwa menikmati kopi secara berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh kita. Setidaknya cukup 2 cangkir saja dalam satu hari untuk mendapatkan manfaat yang baik bagi kesehatan kita.


Read More

Sunday, June 15, 2014

KOPI SUMATERA

KOPI SUMATERA SALAH SATU KOPI TERBAIK

Sumatera adalah salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia dan dikenal sebagai penghasil kopi terbaik yang terkenal tak hanya di dalam negeri, kopi Sumatera terkenal juga hingga ke luar negeri. Kopi Sumatra menjadi salah satu kopi terlaris di negara Amerika Serikat yang merupakan negera dengan tingkat konsumsi kopi terbesar di dunia.

Kopi Sumatra termasuk salah satu kopi termahal. The Guardian melaporkan kopi luwak asal Sumatra sebagai kopi termahal di dunia. Mereka juga melaporkan perbandingan harga kopi Sumatra dengan kopi asal Brazil di mana harga kopi Sumatra lebih mahal. Tidak heran jika kopi Sumatera menjadi favorit warga Athens Ohio.

Kopi Sumatera sendiri beragam sesuai dengan lokasi asalnya, seperti kopi Aceh Gayo, kopi Sidikalang, kopi Mandailing, kopi Lintong dan kopi Lampung, , dan. Semua jenis kopi tersebut memiliki  aroma dan rasa yang khas.

Kopi Sidikalang, Nama kopi ini diambil dari nama Ibu Kota Dairi, yaitu Kota Sidikalang yang terletak didaerah pegunungan yang memiliki ketinggian 1.500 meter diatas permukaan laut. Kombinasi dari hawa dingin dan jenis tanah membuat kopi Sidikalang di Sumatera memiliki cita rasa yang khas. Kopi Sidikalang berasal dari wilayah Sumatera Utara yang memiliki tiga daerah penghasil kopi terbaik yaitu Sidikalang, Mandailing, dan Lintong Nihuta.

Kopi Sumatera lainnya  yang terkenal akan aroma dan kenikmatan yang khas adalah kopi Gayo Aceh. Berikut coba kita bahas kopi khas dari Sumatera.

BERAGAM KOPI DARI PULAU SUMATERA


Kopi  Aceh


Kopi Gayo Aceh adalah kopi dari kopi asal daerah Sumatera paling Utara. Biji kopi yang di hasilkan dari dataran tinggi yang bernama Gayo Aceh terkenal dengan kopi arabika nya yang khas dan sudah menjadi sebagai salah satu kopi terbaik di dunia. Kopi ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Takengon (Gayo) memiliki letak geografis yang menjadi salah satu rangkaian bukit barisan tentu punya kelebihan tersendiri. Tanahnya subur dan curah hujannya juga lumayan tinggi. Karena letaknya kurang lebih 1.300 m dpl maka sangat cocok untuk menanam kopi jenis Arabica.

Di Aceh terdapat dua jenis kopi yang dibudidayakan, Arabika dan Robusta. Jenis kopi Arabika yang sangat terkenal adalah Kopi Gayo, dan produksinya adalah yang terbesar di Asia. Kopi jenis Arabika ini umumnya dibudidayakan di wilayah dataran tinggi Tanah Gayo, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues.

Kopi Sumatera
Biji Kopi



Jenis kopi Robusta adalah Kopi Ulee Kareng. Umumya dibudidayakan di Kabupaten Pidie (terutama wilayah Tangse dan Geumpang) dan Aceh Barat. Cita rasa yang unik dan khas dari kedua jenis kopi tersebut berhasil menarik minat pasar mancanegara sehingga membuat Aceh mendominasi ekspor kopi Indonesia hingga 60%.

Kopi Sidikalang (Sumatera Utara)


Jenis kopi arabika yang memiliki kenikmatan cita rasa luar biasa di Sumatera Utara adalah Kopi Sidikalang. Nama tersebut adalah nama daerah di mana kopi itu berasal. Kopi Sidikalang sendiri sudah terkenal hingga ke luar negeri. Kopi Sidikalang menjadi salah satu kopi terbaik di dunia yang berasal dari Brazil.

Menurut para ahli kopi, aroma dan kekhasan rasa dari Kopi Sidikalang disebabkan oleh kombinasi hawa dingin dan jenis tanah di kawasan pegunungan dengan ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.


Kopi Mandailing Natal


Mandailing Natal adalah daerah penghasil kopi berkualitas yang terkenal sejak zaman Belanda di Sumatera Utara. Dalam sejarah perkopian Indonesia desa yang jadi pusat kopi Arabica pertama kali di tanam adalah Desa Pakantan, Mandheling Natal.

Di salah satu desa di Mandailing Natal, yaitu desa Sambang Banyak Jae Ulu Pungud banyak sekali kebun kopi yang sudah berumur puluhan, bahkan ratusan tahun. Kebun kopi ini diyakini memiliki hubungan dengan sejarah kopi Arabica yang pertama kali dimasukkan oleh Belanda ke Indonesia pada 1699.

Ada dua jenis kopi yang ditanam di Mandailing Natal. Paling banyak adalah kopi jenis Arabica, baru kemudian Robusta.

Kopi Besemah (Sumatera Selatan)


Kopi yang berasal dari Sumatera Selatan adalah Kopi Besemah. Aroma dan rasanya yang gurih membuat kopi Besemah ini digemari oleh penduduk di wilayah Sumatera Selatan. Kopi Besemah merupakan jenis kopi Robusta yang tumbuh di dataran tinggi sekitar pegunungan dan perbukitan. Kopi Besemah yang berasal dari daerah Pagalaram adalah salah satu kopi favorit Ratu Belanda, yaitu Ratu Yuliana.


Kopi Lahat


Kota Lahat adalah kota tertua di Sumatera. Usia kota Lahat saat ini sudah mencapai 130 tahun dan merupakan kota yang dirancang khusus oleh Belanda ketika menjajah Indonesia. Budaya minum kopi di Lahat sudah berlangsung sejak dahulu. Di kabupaten Lahat banyak terdapat kebun kopi.

Kopi Pagaralam


Pagaralam berada diketinggian 1.000 m dpl di atas permukaan laut sehingga berhawa sejuk. Pagaralam adalah daerah penghasil kopi terbesar di Sumatera. Banyak kebun kopi yang ada di Pagaralam, tetapi sedikit tempat pengolahannya.
Biasanya para petani kopi Pagaralam menyimpan buah kopi dalam kondisi masih terbungkus dengan kulitnya supaya lebih awet dan tak mudah menyusut. Jika harga kopi lagi kurang baik para petani biasanya menyimpan buah kopi dalam karung-karung besar. Ketika harga membaik barulah diolah menjadi kopi.

Kopi Empat Lawang


Kabupaten Empat Lawang (Tebing Tinggi) merupakan daerah hasil pemekaran Kabupaten Lahat di Sumatera. Kota ini memiliki ikon Biji Kopi karena kopi adalah salah satu komoditas andalan kabupaten Empat Lawang. Hampir di semua tempat di daerah Empat Lawang memiliki kebun kopi yang hasilnya dapat diandalkan.
Kopi di Empat Lawang sangat khas karena merupakan hasil percampuran kopi Arabica dan Robusta. Wujud aslinya Robusta tapi aromanya Arabica. Kopi dari Empat Lawang sangat terkenal sehingga diminati para pedagang dari kota lain. Sebagian besar hasil panen kopi Empat Lawang mengalir keluar dari kota itu dan diberi cap atau diaku kopi daerah lain.

Kopi Curup-Kepahiang


Curup adalah salah satu sentra penghasil kopi di daerah Bengkulu di Pulau Sumatera. Kopi daerah Curup juga sering dikenal dengan sebutan Kopi Bengkulu. Perkebunan lokal kopi di Curup dan Kepahiang berjenis kopi Robusta dan biasanya diolah secara tradisional.

Kopi Lampung


Jenis kopi Sumatera berikutnya adalah kopi lampung yang termasuk jenis kopi Robusta dengan aroma dan kekhasan rasa. Kopi Lampung mempunyai rasa lebih pahit, dan sedikit asam. Kadar kafeinnya pun cukup tinggi. Kopi Lampung merupakan kopi robusta yang tanaman biji kopinya hanya dapat tumbuh dengan baik di ketinggian 400-700 meter diatas permukaan laut dengan temperatur sekitar 21 sampai 24 derajat celcius.

Kopi Liwa


Liwa adalah daerah pegunungan di Lampung Barat di Pulau Sumatera, menghubungkan tiga provinsi: Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Kopi Luwak dari Liwa sangat popler hingga mancanegara. Harga per kilo kopi Luwak sangat mahal harganya berkisar antara Rp 400 ribuan sampai jutaan.
Read More

Omerta Koffie

JIKA Anda sudah membaui aroma kopi yang kuat saat mesin giling (grinder) dioperasikan, merasakan sedikit hawa panas karena ruang yang sedikit sempit dan langit-langit yang rendah plus obrolan yang mengalir lancar, menikmati setiap sesapan kopi hingga ampas terakhir, berarti, tak salah lagi Anda (memang) sudah tiba di Omerta Koffie.
Belum setahun usia kafe kecil yang berada di Jalan Wahid Hasyim no 9 (di depan kantor Golkar) Medan ini saat laman ini diluncurkan, persisnya di akhir Oktober 2013. Belum begitu banyak juga orang yang mengetahui atau pun bisa menikmati kopi hitam di sini, tapi kami yakin Anda yang membuka laman ini pasti akan segera mampir untuk merasakan kopi segar yang kami sajikan.
french press omertaUntuk maniak kopi, terutama bagi kalangan pecinta kopi hitam dengan penyajian manual, Omerta Koffie mungkin menjadi jawaban bagi Anda. Di sini, aneka kopi spesial (single origin coffee) terutama asal Sumatera Utara seperti Lintong, Mandheling, Dolok Sanggul, Sidikalang, Gayo, sudah menanti Anda. Sesekali, jika beruntung, Anda bisa juga menikmati kopi asal Kolombia, Guatemala, Ethiopia, karena tak selalu ada.
Kopi-kopi yang selalu dijaga kesegarannya itu akan disajikan di meja dengan pilihan metode yang diinginkan seperti espresso dengan moka pot, dripper, pour over, french press, ibrik, dan tentu saja dengan tubruk. Kami berjanji segera menghadirkan syphon untuk melengkapi petualangan kopi Anda diOmerta Koffie.
Nah, karenanya jangan malu-malu, singgah lah segera.

Read More

CIKOPI


Read More

Kopi Medan

http://kopimedan.com/

CONTACT PERSON:
Pak Awi
0813-6205-4088 (SMS, Whatsapp, Line, WeChat, KakaoTalk, Viber)
061-76852772
bb: 7660e7a2
email:info@mandheling.com
Alamat BINJAI:
UD SEGAR HARUM BINJAI
Jl A Yani no 250 Binjai
Tel: 061-8821147
Alamat Medan:
Toko Kopisidikalang.com
Jl. Majapahit no 75C Medan
OUTLET CAMBRIDGE MEDAN
KopiSidikalang.com
Cambridge City Square Medan
Lower Ground (dpn Brastagi Supermarket)
OUTLET SUN PLAZA MEDAN
KopiSidikalang.com
Sun Plaza Medan
Lantai 4 (kios dalam Hypermart)
Read More

Otten Coffee

HERE AT OTTEN COFFEE HOUSE, IS AN INDEPENDENT COFFEE  ROASTER BASED IN MEDAN, NORTH SUMATRA – INDONESIA. WE SPECIALIZE IN FRESHLY ROASTED 100% SUMATRAN COFFEE
ON THE BEAUTIFUL ISLAND OF SUMATRA, WE ROAST OUR COFFEE DAILY TO ENSURE THE FRESHNESS OF EVERY ROAST. TASTE THE FRESH FLAVORS OF THE SUMATRA ISLANDS DELIVERED TO YOUR FAMILY AND FRIENDS
OTTEN COFFEE HOUSE HUMBLY OFFER YOU SINGLE ORIGIN OF 100% SUMATRAN COFFEE. WE ARE PAYING ATTENTION AND INVESTED IN MAKING EACH CUP AN AUTHENTIC AND QUALITY EXPERIENCE. AND OF COURSE, COFFEE FARMS AND THE FARMER IS BENT ON GROWING THE BEST GREEN COFFEE EVER, THAT’S WHERE OTTEN COFFEE COMES FROM.
WE ARE OBSESSED WITH GOOD COFFEE. EVERYTHING WE DO—SOURCING, PROCESSING, ROASTING, BREWING, EDUCATING—IS ABOUT BRINGING YOU THAT PLACE IN A CUP. BECAUSE COFFEE SHOULD BE TRUE.

OUR COZY COFFEE HOUSE LOCATED AT
JL. KRUING NO.3 E-F, MEDAN – NORTH SUMATRA
Read More

Tuesday, June 10, 2014

Aroma Kopi Indonesia yang Mendunia

Jakarta (ANTARA News) - Kopi tidak hanya memberi pengalaman rasa tetapi juga identitas budaya bagi Indonesia.

Begitulah pesan yang diangkat oleh Budi Kurniawan dalam film dokumenter berjudul "Biji Kopi Indonesia" atau "Aroma of Heaven".

Budi butuh waktu tiga tahun untuk melakukan riset mendalam tentang catatan alur sejarah kopi Indonesia.

"Sekitar 300 tahun, kopi Indonesia telah berkembang, tetapi rasanya belum ada perjalanan visual yang utuh tentang sejarah kopi Indonesia," kata Budi tentang alasannya membuat film tentang kopi Indonesia.

Film itu membawa penonton ke tempat kopi mulai dikembangkan, seperti Desa Doro di Pekalongan, Jawa Tengah.

Belanda pernah membangun pabrik pengolahan kopi di desa itu dan tahun 1878 membangun pipa penggelontor biji kopi yang tersembunyi di bawah tanah. Dari sana lah kopi Indonesia kemudian mengalir hingga ke Eropa.

Pada abad 18, kopi Jawa sangat populer. Nama Jawa kemudian melekat dengan kopi.

"Saking populernya, dulu secangkir kopi itu disebut a cup of Java," ujar guru besar Antropologi dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Pujo Semedi, di film itu.

Pujo mengatakan kepopuleran Kopi Jawa terus melesat hingga abad 19 akhir. "Dalam kurun dua abad, Jawa berkembang menjadi produsen kopi terbesar di dunia," ungkap Pujo.

Dari perkebunan kopi yang jauh dari hiruk pikuk kota, aroma kopi Indonesia sampai ke gerai-gerai kopi di seluruh dunia.

Namun popularitas kopi-kopi Indonesia tidak lantas berbanding lurus dengan kesejahteraan petani dan pekebun kopi Indonesia.

Petani Gayo di Aceh Tengah menanam sekitar 136 varietas kopi sejak tahun 1903 hingga menjadi areal terluas kopi Arabica di Asia. Namun nama besar kopi Gayo tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan petani di sana.

Film tersebut mengungkap panjangnya rantai bisnis kopi Gayo, yang juga disebut Siti Kahwa. Biji kopi yang sudah dipanen dibawa ke Medan, Sumatera Utara, lalu baru diproses di sana.

Dari Aceh, penonton dibawa ke timur Indonesia. Di Ruteng, petani menyanyikan lagu-lagu daerah seraya memetik biji kopi. Bukan biji kopi yang berwarna merah seperti umumnya, melainkan berwarna kuning.

Itu lah ciri khas kopi di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Sudah sejak 100 tahun lalu kopi masuk ke sana dan kini Ruteng menjadi salah satu sentra pengembangan kopi. Hampir 90 persen warga di sana menaruh harapan hidup mereka pada kopi.

"Tetapi setelah kopi dibawa dari Ruteng, identitasnya terlupakan. Petani biasanya membawa kopi ke Surabaya untuk dijual tanpa membawa identitas kopi tersebut, dari mana ditanamnya," kata fasilitator pertanian Adam Musi.


Kopi dan Budaya

"Kopi itu beyond a cup of coffee. Berbicara kopi artinya bicara tradisi, kedekatan, egalitiarisme, sense of equality yang ada dalam secangkir kopi. Itu bisa dilihat di Indonesia," ungkap pendiri cikopo.com, Tony Wahid.

Seperti orang Gayo yang memiliki tradisi mengunyah biji kopi dengan sebutan qertoev kopi. Makan biji kopi menjadi tradisi asli di Gayo. Biasanya warga bersantai bersama sambil mengunyah biji kopi dan gula merah atau ditambah dengan air putih hangat.

Kopi memang tak lepas dari budaya. Perjalanan kopi di Indonesia pun mencakup tradisi, budaya, seni, iman, serta keyakinan adat daerah masing-masing.

Kini kopi bergerak menjadi bagian dari gaya hidup. Dan rasa dari suatu jenis kopi kemudian terbentuk berdasarkan persepsi sosial.

"Konsumen yang membentuk selera pasar. Kita tidak bisa menyalahkan selera kopi masyarakat yang dibentuk suatu perusahaan karena terkait dengan tren. Kopi selalu subjektif, tidak ada kopi yang paling enak. Kopi adalah pengalaman pribadi dan kita harus menghargai itu," jelas Pujo.

Film berdurasi 65 menit itu tidak hanya membawa penonton mengenal kopi Indonesia meskipun tema yang diangkat begitu banyak sehingga film ini terkesan anti-klimaks.

Setidaknya film ini bisa menjadi awal bagi para penikmat kopi untuk mulai menyelami identitas Indonesia sebagaimana harapan sang sutradara.

Seperti yang disampaikan Peneliti Kopi Indonesia, Surip Mawardi, kopi Indonesia memiliki keunggulan tersendiri.

"Kopi Sumatera, misalnya, itu berbeda dengan Kopi Brasil. Di Brasil, panen kopi itu pakai mesin sehingga tidak selektif, begitu juga dengan cara pemrosesannya," terang Surip dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.

"Selama hidup orang sayang sekali kalau belum menikmati kopi yang paling enak, yang disukai orang luar. Dan saya cuma mau ingatkan agar kita jangan melewati satu yang terbaik di dunia, kopi Indonesia," tutur Tony.
Read More