Tujuannya adalah untuk mengatur pertumbuhan vegetatif tanaman kopi ke arah pertumbuhan generatif yang lebih produktif. Atau kalau kita mau berterus terang, mengatur supaya tanaman kopi ini tidak hanya banyak cabang dan daunnya saja, melainkan juga menghasilkan banyak buahnya. Karena dengan tujuan ingin memperoleh buahnya, maka oleh karena itu hendaknya pemangkasan diarahkan untuk:
1. Memperoleh cabang-cabang buah-buah yang baru secara kontinue dan dalam jumlah yang optimal;
2. Mempermudah pemasukan cahaya kedalam tubuh tanaman kopi untuk merangsang embentukan bunga;
3. Memperlancar peredaran udara, ini penting untuk mengintensifkan penyerbukan bunga;
4. Membuang cabang-cabang tua yang tidak produktif, dengan demikian maka zat-zat hara akan dapat disalurkan kepada cabang-cabang muda yang lebih produktif;
5. Membang cabang-cabang yang terserang hama ataupun penyakit. Dengan demikian maka kita telah menjauhkan tanaman kopi dari sumber-sumber infeksi.
Sedangkan untuk sistem pemangkasan tanaman kopi ini ada dua macam cara yang sering dipergunakan. Pertama adalah pemangkasan berbatang tunggal dan yang kedua adalah pemangkasan berbatang ganda.
A. Pemangkasan Berbatang Tunggal
Sistem pemangkasan berbatang tunggal kebanyakan dipakai oleh perkebunan-perkebunan kopi di Indonesia, sedangkan kalau pemangkasan berbatang ganda itu dipakai oleh para petani kopi.
Pemangkasan batang tungga ini dengan tujuan agar:
1. Tanaman kopi tidak tumbuh terlalu tinggi;
2. Pertumbuhan cabang-cabang lateral menjadi lebih kuat dan panjang;
3. Pertanaman lebih cepat menutup
Untuk ini biasanya juga pohon tersebut dipangkas secara membentuk. Hingga dikenal dengan nama pemangkasan bentuk.
Tinggi pemenggalan ini juga sangat berbeda-beda, ada yang 1 meter namun ada juga yang 2,5 meter. Semuanya itu tergantung dari jenis dan pertumbuhan kopi. Semakin cepat dan kuat maka semakin tinggi pemenggalan dapat dilakukan.
Berhubung demikian maka sistem pemenggalan inipun dibagi lagi menjadi 2, yaitu:
1. Pemenggalan tanpa bayonet;
2. Pemenggalan dengan bayonet.
Pada tanaman yang kuat pertumbuhannya maka dapat dilakukan pemenggalan satu kali dengan tanpa bayonet. Untuk jenis kopi Robusta setinggi 1 meter dan untuk jenis kopi Arabika setinggi 1,5 meter sampai 1,8 meter.
Akan tetapi kalau untuk tanaman yang kondisinya lemah, pemenggalan perlu dilakukan sampai 2 atau 3 kali. Yaitu supaya tumbuh batang susulan dan batang inilah yang kemudian kita kenal dengan nama bayonet. Karena itulah maka pemenggalan dapat diatur sebagai berikut:
Tabel 1: Tinggi Pemangkasan Berbatang Tunggal pada Tanaman Kopi
Tinggi Pemangkasan Berbatang Tunggal pada Tanaman Kopi |
Karena pemenggalan itu juga terdiri dari dasar pertumbuhan tanaman maka tinggi pemenggalannya pun masing-masing pohon pun tidak sama. Setelah ohon kopi itu dipenggal maka akan tumbuh banyak tunas-tunas air atau wiwilan. Bila sudah demikian maka itu semua tunas harus segera dibuang.
Pemenggalan ini haruslah dilakukan pada akhir musim kemarau, dan dilakukan pada batang yang beruas-ruas pendek. Itu semua dilakukan agar kelak pertumbuhan bayonet lebih kuat. Untuk mencegah agar batang tidak pecah bila kelak terjadi pertumbuhan, maka cabang primair ada kalanya harus dipotong. Pemotongan ini dilakukan bersamaan dengan waktu pemenggalan.
Untuk mengatur agar pembentukan cabang dan pembuahan lebih kontinue, serta tanaman tidak cepat berbentuk payung, maka beberapa cabang primair perlu diperpendek, ini untuk memberi kesempatan pembentukan cabang-cabang sekunder. Namun semua pemenggalan pohon itu sebenarnya tergantung juga pada keadaan setempat. Ada yang dibentuk seperti payung supay mudah pemetikannya, namun ada juga yang dibentuk seperti spiral.
PEMANGKASAN RINGAN:
Pemangkasan ringan ini akan meliputi antara lain; pembuangan-pembuangan cabang adventif (cabang balik dan cabang cacing) yang sering tumbuh pada cabang primair.
Juga pemangkasan cabang yang telah tua dan tidak produktif lagi. Hingga dengan demikian akan tumbuhlah cabang-cabang reproduksi yang terdapat pada cabang tersebut. Namun bila tidak ada cabang reproduksi maka sebaiknya cabang tersebut harus dipotong supaya zat hara dapat disalurkan bagi pertumbuhan cabang-cabang lain yang lebih produktif.
Kemudian pemangkasan wiwilan harus dilakukan sewaktu masih kecil, dengan interval dua minggu dalam musim penghujan dan empat minggu dalam musim kemarau. Kemudian pemangkasan cabang-cabang yang terserang hama dan penyakit, terutama sekali yang terserang bubuk cabang, agar tidak menjadi sumber infeksi.
PEMANGKASAN BERAT:
Pemangkasan ini dilakukan apabila produksi terlalu rendah, akan tetapi keadaan pohon itu sendiri masih cukup baik. Untuk kebun-kebun yang banyak hiat (+50 persen keatas) sebaiknya memang di dongkel dan dilakukan penanaman ulangan.
Pemangkasan ini dilakukan pada batang pada ketinggian +50 cm, juga dilakukan pada waktu menjelang musim penghujan. Apabila batang tampak halus, biasanya wiwilan suka keluar. Dalam hal ini, kira-kira 1 tahun sebelum rejuvenasi/pemotongan berat, sebagian cabang-cabang dibagian atas/cabang payung, harus dipotong. Sesudah wiwilan tumbuh barulah cabangnya dipotong.
Adapun dua aspek penting dari pemangkasan besar ini adalah:
1. Mempermudah batang, dengan cara pemotongan;
2. Memperbaiki mutu bahan tanaman dengan cara disambung dengan klon yang lebih unggul.
Untuk memperkecil pengurangan roduksi, pemangkasan rejuvenasi/pemangkasan berat ini hendaknya dilakukan pada khir tahun panen besar.
B. Pemangkasan Berbatang Ganda
Di Indonesia, sistem pemangkasan berbatang ganda terdapat banyak di perkebunan-perkebunan kopi rakyat. Sebagian besar pula menanam jenis kopi robusta, yang ditanam secara ekstensif. Akan tetapi diperkebunan-perkebunan besar sistem ini kadang-kadang dijumpai juga. Yaitu di kebun-kebun tua setelah di rejuvenasi. Karena jenis kopi robusta memang cenderung berbatang banyak. Dalam pertumbuhan alami, jenis kopi Robusta ini kira-kira 75 persen memiliki 3-8 buah batang.
Pada sistem berbatang ganda, pemangkasan bentuk ditujukan pada pembentukan suatu tunggul enyangga, untuk menumbuhkan beberapa batang. Sedangkan untuk pemangkasan produksi ditujukan terutama pada peremajaan batang. Itu baik dilakukan secara periodeik maupun secara insidentil.
Tapi ada juga sistem berbatang ganda tanpa peremajaan batang. Sebab dalam hal itu pemangkasan produksinya ditujukan pada peremajaan cabang tiap batangnya. Seperti pada sistem berbatang tunggal.
Untuk pembentukan tunggal penyangga dan batang dapat dilakukan beberapa cara seperti demikian:
1. Memelihara beberapa wiwilan pada pangkal batang pokok (Metode Banyuwangi)
2. Mencondongan batang pokok, atau menanam batang pokok dengan arah miring (Metode Toraja)
3. Merundukkan batang pokok (Metode Agobiada)
4. Menunggul batang pokok (Metode Kandelaber)
Memang disamping ini masih juga ada dikenal dengan metode-metode lain, yang mana peremajaannya tidak dilakukan pada batang akan tetapi pada pohonnya.
C. Metode Banyuwangi
Pada metode Banyuwangi ini terdapat dua variasi, yaitu dengan pemenggalan dan dengan tanpa pemenggalan. Peremajaan dilakukan secara periodik terhadap batang yang telah menurun produksinya. Metode ini biasanya dilakukan pada tanaman yang berumur kurang lebih 1 tahun dan dipelihara 2-4 batang yang terletak berhadapan pada pangkal batang.
Gambar 18: Pemangkasan Kopi dengan Metode Banyuwangi |
D. Metode Toraja
Metode ini telah dilakukan di tanah Toraja – Sulawesi Selatan sejak permulaan abad 20. Dengan cara kalau tanaman telah berumur kurang lebih 1 tahun, maka tanaman tersebut dicondongkan kira-kira 45-60 derajat, dengan membuat lubang pada sisi pangkal batang.
Lubang tersebut kemudian ditimbun agar supaya pohon tetap dalam posisi condong. Setelah wiwilan keluar 3-4 lalu batang pokoknya dipotong, akan tetapi pohon dicondongkan dengancara diikat dengan tali yang diikatkan pada pasak di tanah. Peremajaan dilakukan dengan secara periodik atau insidentil.
Gambar 19: Pemangkasan Kopi dengan Metode Toraja |
E. Metode Agobiada
Egitu tanaman pohon kopi telah berumur antara 1,5 tahun sampai 2 tahun, maka pucuk pohon ditundukkan dengan jalan ditarik dan diikat dengan tali yang dipasang pasak pada tanah. Kemudian setelh wiwilan keluar, batang pokoknya dipotong.
Untuk ini peremajaannya pun dilakukan secara periodik. Metode ini banyak dipergunakan di Tanzania, Porto Rico dan disana terkenal dengan nama metode Agobiamento.
Gambar 20: Pemangkasan Kopi dengan Metode Agobiamento |
F. Kandelaber
Untuk metode ini terdapat du variasi, yaitu pertama dengan penunggulan dan yang kedua dengan variasi penunggulan dan diikuti dengan perundukan. Pada variasi pertama itu bibit dipotong setinggi 20-30cm pada umur antara 3-4 bulan. Juga demikia denganwiwilan yang keluar, hingga dengan demikian akan memperoleh 4 atau 8 buah batang.
Akan tetapi sistem ini sekarang akan kurang disukai sebab dengan demikian maka letak batang terlalu berdekatan.
Pada variasi kedua, tanaman dipotong sekitar 30-40cm pada waktu berumur 1 tahun. Kemudian 2 buah wiwilan yang tumbuh berhadapan dirundukkan hampir horizontal kemudian dipotong setelah tumbuh wiwilan diatasnya.
Beberapa modifikasi dari variasi pertama adalah antara lain:
1. Pemangkasan kissing di Sumatera;
2. Pemangkasan Fukunaga di Hawai, dimana pada batang pokok yang ditungul dipelihara 4 sampai 5 batang yang berbeda-beda umurnya, kemudian diremajakan secara bergiliran.
Gambar 21: Pemangkasan Kopi dengan Metode Kandelaber Ditunggul |
Gambar 22: Pemangkasan Kopi dengan Metode Kandelaber Ditunggul & Dirundukkan |
G. Pemangkasan Beaumont – Fukunaga
Pemangkasan ini yang mula-mula dikembangkan untuk kopi jenis Arabika di Hawaii dan kemudian banyak dipakai di Porto Rico, dan ini yang merupakan sistem paling up to date.
Dipandang dari segi pemangkasan bentuk, pemangkasan Beaumont Fukunaga termasuk metode Kandelaber. Akan tetapi kalau dipandang dari segi pemangkasan produksi atau peremajaan, pemangkasan ini merupakan metode tersendiri.
Gambar 23: Pemangkasan Kopi dengan Metode Beaumont Fukunaga |
Pada umur antara 1-2 tahun tanaman kopi ditunggul setinggi satu kaki, dan kemudian pada tunggul tersebut dipelihara 4 buah batang. Pemangkasan peremajaan setelah rumpun batang berbuah satu kali. Ini dilakukan dengan cara memotong batang-batang rumpun setinggi 10-20cm diatas tempat pemotongan sebelumnya. Peremajaan ini dilakukan dalam satuan-satuan yang terdiri dari 4 baris, ini dengan mempergunakan rumus 1-3-2-4. Sesuai dengan nomor urut barisan pohon.
Pohon-pohon tersebut akan berbuah paling lambat dalam tahun ketiga setelah pemangkasan, jadi dalam setiap satuan barisan (4 baris) selalu terdapat paling sedikit 2 barisan yang berbuah. Serta masing-masing barisan memperoleh kesempatan berbuah paling sedikit dua kali sebelum dipangkas.