Monday, March 31, 2014

Penanaman Kopi

Untuk biasanya kita mulai menanam kopi, maka sebelumnya harus mempersiapkan 2 hal. Adapun yang pertama ialah menyiapkan bahan tanamannya dan yang kedua mempersiapkan areal tanahnya.

Untuk persiapan bahan tanamannya, kita memerlukan:
1.      Penyediaan benih/ untuk  bibit atau batang bawah;
2.      Penyemaian benih;
3.      Pembibitan.

Kemudian persiapan areal tanah, ini bisa dilakukan dari tanah yang berasal:
1.      Tanah bukaan baru (hutan cadangan);
2.      Tanah bukaan ulangan (dari kopi ke kopi);
3.      Tanah rotasi, yang artinya dari tanaman lainnya ke kopi dengan secara bergantian;
4.      Tanah konservasi, dengan arti kata dari tanaman lain ke kopi dengan secara permanen.

Lalu setelah kita mendapatkan tanah tersebut, maka entah mana yang kita pergunakan, maka kita harus memikirkan persiapannya yaitu:
1.      Persiapan tanah (pembukaan, pengolahan, teras dan lain-lain);
2.      Penanaman tanaman pelindung/ naungan. Ini termasuk juga bahan tanaman, lubang, acir dan lain-lainnya;
3.      Pembuatan lobang tanaman, yang meliputi acir, buka tutup lobang.

Adapun cara mengadakan/ membuat persiapan-persiapan diatas itu adalah sebagai berikut:

A. Penyediaan Benih

Untuk mendapatkan benih yang baik, maka kita harus mencari biji kopi dari pohon yang baik dan dipilih yang telah kering serta masak dan sudah tentu dari klon-klon tertentu yang kita kehendaki.

Kita juga harus menghindarkan biji-biji yang berlubang atau terserang bubuk, juga biji yang tidak normal, baik itu terlalu kecil maupun terlalu besar.

Lalu biji-biji tersebut kita kupas, baik itu dengan mempergunakan tangan maupun kaki, boleh juga memakai handpulper, asal saja kita bisa menjaga betul-betul agar kulit tanduk tidak rusak. Jadi yang dibuang hanya kulit dan daging buah.

Setelah kita mendapat biji yang ada tanduknya, maka biji tersebut harus kita hilangkan lendirnya hingga bersih. Cara menghilangkan lendir itu dengan jalan digosok oleh abu dapur lalu dicuci dengan air. Setelah itu biji tersebut kita angin-anginkan, tapi jangan dijemur dibawah sinar matahari. Lamanya kita mengangin-anginkan biji tersebut kurang lebih tiga hari.

Setelah itu kita mengadakan penyortiran lagi. Biji yang pecah ataupun masih ada yang kurang baik entah itu berbubuk ataupun tidak normal, harus kita buang.

Begitu benar-benar mendapatkan bibit yang baik, barulah biji-biji itu boleh kita semaikan di persemaian. Akan tetapi kalau waktu persemaian belum tiba, biji-biji tersebut dapat kita simpan.

Cara Penyimpanan Benih Kopi

Cara penyimpanan biji atau benih tersebut ada caranya tersendiri. Sebab kita harus menjaga dan mempertahankan kadar air agar tidak cepat menurun. Juga benih tersebut jangan sampai terserang penyakit bubuk.

Kalau akan disimpan dalam waktu yang cukup lama, maka bibit-bibit tersebut terlebih dahulu harus di desinfeksi. Desinfeksi terhadap bubuk buah dilakukan dengan fungisasi, dengan mempergunakan minyak terpentin. Untuk keperluan tersebut maka kita membutuhkan blek atau peti kayu, yang biasanya mempunyai ukuran 50x50x50cm dan dapat ditutup rapat.

Benih kopi tersebut ditebarkan berlapis-lapis hingga tebalnya 5cm, diatas kain lap yang terlebih dahulu telah kita beri terpentin dengan dosis 1cc per 100cm persegi – dari luas kain lap. Jadi kalau saja luas lap itu 50x50cm persegi sama dengan 2500cm persegi. Makaa masing-masing lap harus diberi 25cc minyak terpentin. Setelah itu peti harus ditutup rapat-rapat.

Desinfeksi itu berlangsung selama 3x24 jam dan setelah itu benih-benih tersebut dikeluarkan dari dalam peti serta diangin-anginkan lagi selama 3 jam, hal ini untuk menghilangkan bau minyak terpentin itu sendiri.

Setelah diangin-anginkan maka benih tersebut di campur degan serbuk arang yang dibasahi dengan air. Adapun perbandingan yang ideal adalah:
-        3 Kg benih kopi
-         1 Kg serbuk arang
-        150 cc air

Caranya serbuk arang dibasahi dulu dengan air hingga merata, kemudian barulah dicampurkan dengan benih-benih kopi. Setelah itu semuanya maka benih kopi tersebut dimasukkan ke dalam karung goni. Untuk menyimpannya carikanlah tempat yang gelap dan sejuk.

Lebih baik lagi kalau karung-karung benih tersebut diletakkan diatas rak yang dibawahnya ada tempat yang diisi dengn air. Hingga dengan demikian maka kelembaban udara +90 persen dengan temperatur antara 25 sampai 26 derajat Celsius. Dengan cara ini maka benih-benih kopi tersebut dapat disimpan selama 6 bulan dengan daya tumbuh sebesar 70 sampai 80 persen.

B. Persemaian

Untuk mendapatkan persemaian yang baik, maka hendaknya dibuat pada tempat yang:
1.      Tidak mengandung nematoda atau cendawan akar;
2.      Mempunyai drainase yang baik;
3.      Dekat dengan sumber air atau penyiraman;
4.      Terlindung dari gangguan hewan (bekicot, ternak, dll);
5.      Dekat ketempat pembibitan;
6.      Mudah diawasi;
Gambar 11: Persemaian Tanaman Kopi
Tanah harus kita cangkul +30 cm lalu kita bersihkan dari sisa-sisa akar maupun kerikil yang ada. Setelah itu dibuat dengan lebar 80 cm untuk bedengan. Untuk lapisan atas, tanah itu kita beri pasir setebal 5cm. Atas dari bedengan tersebut kita beri atap sebagai pelindung dari hujan dan terik matahari. Sebelum kita menyemai bibit maka tanah bedengan itu harus terlebih dahulu kita siram. Cara menanmkannya, benih kopi dibenamkan dengan permukaan yang datar terletak dibawah, hingga punggungnya terletak ½ cm dari permukaan bedengan.

Setiap hari bedengan ini harus disiram dengan air secukupnya, akan tetapi tidak boleh sampai tergenang air. Kemudian yang peru kita perhatikan, jangan sampai kita mengambil air yang mengalir dari selokan melalui komplek-komplek nematoda untuk menyiram bedengan tersebut.

Setelah kurang lebih 5 sampai 6 minggu, maka biji kopi tersebut telah mencapai suatu stadium yang dinamakan stadium serdadu. Yaitu dimana hypocotyl telah tegak lurus, panjangnya + 8cm, dengan cotyledon/ daun lembaga yang masih terbungkus dari sisa-sisa endosperm dan endoscarp/ kulit tanduk, yang semuanya telah retak.

Didalam stadium ini akar akan bertambah anjang, akan tetapi sebaliknya memang tinggi hypocotyl tidak akan berubah. Baru kemudian kurang lebih 406 minggu lagi cotyledon menjadi terbuka dan ini dinamakan stadium kepelan.

Setelah mencapai stadium kepelan, bibit harus segera dipindahkan ke pembibitan. Pemindahan ini haruslah kita lakukan dengan mempergunakan solet bambu, hingga dengan demikian maka akan dapat menghindarkan putus akar. Kalau kita tahu bahwa ada akar tunggang yang bengkok, maka kita harus memutusnya, hal itu kita lakukan supaya nanti dalam pembibitan tumbuhnya tidak terlambat. Kalau ada kepelan yang rusak atau terlalu kecil maka sebaiknya tidak perlu kita pakai. Namun Apabila kita memerlukan waktu yang cepat, benih dapat juga ditanam setelah kulita tanduknya dikupas.

C. Pembibitan

Untuk pemilihan tempat buat pembibitan ini adalah sama dengan persemaian. Sebaiknya memang kita carikan tempat yang subur dan tidak berbatu, banyak humus dan cukup datar. Tanah yang bekas timbunan abu dapur tidak boleh kita pakai, karena tanah yang demikian ini memiliki pH yang terlalu tinggi. Pengolahan tanah harus lebih dalam. Sebaiknya buat saja 2 kali lipat dari persemaian, yaitu+60cm. Hal itu karena bibit akan lama ditempat pembibitan ini, kurang lebih 6 bulan minimalnya. Lalu tempat itu sendiri harus benar-benar bersih dari sisa-sisa akar.

Bedengan dibuat antara 100-120cm lebarnya. Sedangkan untuk tingginya antara 10-15cm, untuk panjangnya kita sesuaikan dengan keadaan. Kemudian kalau kita akan mempergunakan naungan alam, maka baiknya yang dipakai adalah Lamtoro, dan penanaman Lamtoro itu sendiri dilakukan kurang lebih 1 sampai 2 tahun sebelumnya. Namun sebaiknya memang kita mempergunakan naungan buatan saja, karena dengan demikian maka kita dapat mengatur dengan lebih teliti.

Bibit kepelan ini ditanam di pembibitan pada jarak 20x20cm, 20x25cm, atau 20x30cm, ini apabila akan disambung. Lubang tanaman kita buat dengan tugal, diameternya 5cm sedalam 10cm. Bedengan harus disiram supaya tetap lembab serta selalu dibersihkan dari rumpai (weeds). Juga sekali-kali perlu didangir.
Gambar 12: Bibit Kopi di dalam Bedengan
Sebaiknya memang diberi pula muleh berupa potongan-potongan kecil daun alang-alang atau pun jerami. Lalu setiap dua bulan sekali perlu diberi pupuk ZA dengan dosis 20gr per meter persegi. Akan tetapi sebelum dipupuk, rumpai harus dibersihkan terlebih dahulu. Setelahnya harus kita siram. Beberapa minggu sebelum dipindahkan kepenanaman maka sedikit demi sedikit naungan harus dikurangi, hal ini dilakukan karena untuk melatih dan menyesuaikan dengan kondisi di petanaman.

Bibit itu dapat dipindahkan kepetanaman setalah berumur 6-8bulan berada di pembibitan. Namun Ada kalanya juga bibit harus ditanam lebih lama di pembibitan, karena penanamannya harus menunggu musim penghujan tiba. Kalau hal itu sampai terjadi, maka untuk mencegah bibit jangan sampai terlalu besar dan berbentuk cabang, yaitu apabila bibit akan ditahan selama 1-2 tahun, maka dapat ditempuh dua cara, yaitu dengan pemotongan daun dan atau penunggulan.

Untuk pemotongan daun ini hendaknya kita lakukan mulai dari bibit tersebut mempunyai 3-4 pasang daun. Daun kita potong 2/3 bagian, hingga tinggal 1/3nya. Kemudian juga nanti kalau tumbuh daun-daun yang baru, juga kita potong. Terus hingga sampai bibit tersebut kita pindahkan kepenanaman.

Sedangkan cara kedua atau penunggulan, ini biasanya dilakukan 2-4 bulan sebelum bibit dipindahkan kepenanaman. Bibit dipotong miring pada ketinggian 30-40cm, yaitu pada batas kayu berwarna cokelat dan hijau.

Apabila bibit akan disambung pemotongan daun tiak boleh dilakukan, karena ruas-ruasnya akan terlalu pendek, hingga dengan demikian maka penyambungan akan mengalami kesukaran.

Bibit telah bisa disambung setelah berusia 10-12 bulan di pembibitan. Pemindahan bibit kepenanaman ini dilakukan di musim penghujan dalam bentuk:
1.      Pencabutan/ untuk jenis akar yang terbuka
2.      Putaran/ untuk jenis akar yang terbungkus tanah

Lalu kalau kita akan mempergunakan suaman, maka sebaiknya yang kita pakai adalah yang putaran. Sebab hal itu untuk mengatasi stagnasi pertumbuhan di petanaman. Untuk mempermudah pemindahan maka bedengan perlu disiram sehari sebelumnya. Kita pun harus menjaga agar akar jangan sampai terputus. Akar tunggang yang terlalu panjang pun harus kita potong. Rata-rata panjang bibit muda yang lebih kecil dari 1 tahun adalah 20cm dan untuk bibit tua yang lebih besar dari 1 tahun panjangnya 35cm. Juga pada biit tua ini, akar samping juga perlu dipotong15cm dari sumbu batang.

D. Pertanaman

Setelah persiapan areal tanah itu beres semua, maka kita harus mengatur jarak tanam. Untuk jarak tanam-tanaman kopi ini ada metodenya sendiri-sendiri. Yaitu jaraknya tergantung dari masing-masing jenisnya, kesuburan dari tanah dan iklim yang ada. Untuk jenis kopi Robusta, ini memerlukan jarak tanam yang lebih lebar bila dibandingkan dengan jenis kopi Arabika. Demikian juga bila tanah-tanah yang lebih subur atau mempunyai iklim yang lebih basah, maka memerlukan jarak tanam yang lebih renggang.

Jarak yang lazimnya dipakai juga dianggap baik adalah sebagai berikut:
Jarak Penanaman Tanaman Kopi
Keterangan:
Pada jarak tanam pagar dengan pagar ganda arah barisan adalah utara selatan. Kemudian pada tanah yang miring maka arah barisan kita sesuaikan dengan sabuk gunung. Disamping jarak tanam seperti tersebut, juga dipakai jarak tanam sementara yang lebih sempit kemudian nantinya diperlebar melalui penjarangan. Misalnya saja 2x2 meter, kemudian dijarangkan menjadi 2x4 meter atau kemudian menjadi 2x2x4, pagar berganda.

Penanaman tanaman naungan/pelindung haruslah kita tanam lebih kurang 1 atau 2 tahun sebelum tanaman kopi dipindahkan ke petanaman. Kemudian untuk jarak tanaman naungan ini pun harus kita sesuaikan dengan jarak tanam kopi yang akan kita pergunakan.

Tanaman pelindung ini dapat kita bagi menjadi dua macam, yaitu tanaman pelindung sementara dan tanaman pelindung tetap. Untuk jenis tanaman naungan sementara ini misalnya Flemingia Congesta dan ditanam dengan barisan arah utara ke selatan.

Untuk tanaman tetap dan tanaman naungan sementara ini dapat ditanam bersamaan. Kemudian setelah pohon naungan tetap tumbuh besar, maka pohon naungan sementara dapat kita pangkas sedikit demi sedikit.

Pada jarak tanam pagar dan pagar berganda, naungan sementara dapat dipertahankan lebih lama. Hal itu lalu bukan lagi sebagai naungan akan tetapi berganti fungsinya sebagai sumber bahan muleh dan ini harus dipangkas setiap 2 sampai 3 bulan sekali.

Kemudian setelah pohon kopi itu sendiri mulai menutup, maka pohon naungan tetap harus kita perjarang. Ini harus dilakukan dengan cara bertahap hingga nanti akhirnya kita akan mendapatkan perbandingan 1 banding 2 atau 2 banding 4.

Untuk mencari perbandingan yang mana yang harus kita pakai, maka ini tentu saja tinggal menyesuaikan dengan tempat perkebunan kopi kita sendiri. Bila tanahnya memang kecil, maka kita ambil perbandingan yang kecil dan juga demikian dengan sebaliknya.

Namun itu semua hanyalah dipakai di daerah perkebunan yang datar. Bila ditanah yang miring maka naungan harus ditanam di bagian sebelah luar dari teras.
Gambar 13: Contoh Pola Penanaman Pohon Naungan
Sistem Segi Empat dan Pagar
Gambar 14: Pola Penanaman Pohon Naungan 
Sistem Pagar Ganda
Gambar 15: Tanaman Kopi pada Teras untuk Tanah Miring

E. Pembuatan Lubang Tanaman

Pembuatan lubang pada tanaman kopi ini, sebenarnya lamanya ditentukan oleh struktur tanah yang akan kita tanami. Sebab makin berat struktur tanahnya, maka akan semakin awal kita membuat lubangnya. Namun biasanya dibuat kurang lebih antara 3 – 6 bulan sebelum kita mulai menanam di petanaman.

Juga yang paling baik ialah pembuatannya diakhir musim penghujan. Hingga dengan demikian maka keadaan tanahnya masih basah. Kemudian sambil menunggu musim tanam, yaitu pada awal musim penghujan berikutnya (+6 bulan) , lubang tersebut kita isi dengan bahan-bahan organik.

Untuk idealnya ukuran lubang tersebut akan kita buat 0,4x0,4x0,4 meter; atau paling lebar dan dalam adalah 1x1x1 meter. Hal ini juga tergantung dari struktur tanahnya, sebab pada struktur tanah yang berat, maka lubang harus kita buat lebih besar lagi, dengan demikian maka akan lebih banyak kita isi dengan bahan-bahan organik.

Lalu untuk tanah-tanah yang mempunyai lapisan kerikil atau padas, maka pembuatannya harus diperdalam. Hal ini untuk menggempur padas dan kerikil sehingga kelak akar tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik.

Kemudian untuk tanah-tanah yang tidak mempunyai lapisan padas maupun kerikil, maka pembuatan lubang berkisar 0,6x0,6x0,6 meter, sudah cukup baik. Pembuatan lubang ini, tanah lapisan atas dan lapisan bawah harus dipisahkan.

2 atau 4 minggu setelah kita mau menanam, maka lubang tersebut hyarus telah kita tutup lagi dengan mempergunakan tanah yang bagian atas dan dicampur dengan kompos.

F. Penanaman

Sebaiknya penanaman kopi ini kita lakukan pada waktu musim penghujan. Hingga dengan demikian maka kalau kita memerlukan penyulaman bisalah diselesaikan pada musim itu juga.

Kemudian yang harus kita perhatikan, usahakanlah supaya akar kopi tersebut tidak mengelompok di suatu daerah saja, akan tetapi harus terpencar dan melebar dalam lubang. Kemudian permukaan lubang tidak boleh cekung namun sebaliknya harus cembung (tanahnya methuthuk dalam bahasa jawanya). 
Read More

Sunday, March 30, 2014

Kondisi Kondisi Iklim untuk Tanaman Kopi

Faktor iklim inipun sangat menentukan, berhasil atau tidaknya kalau kita akan bertanam. Maka sebelum kita menanam kopi, terlebih dahulu kita pelajari, iklim yang bagaimana yang dikehendaki oleh tanaman kopi. Hingga dengan demikian maka kita akan dapat menyesuaikan dalam mencari lokasi untuk perkebunan kopi.

Tanaman kopi ini dapat tumbuh baik pada daerah yang terletak antara 20 derajat lintang utara dan 20 derajat lintang selatan. Sedangkan untuk derah di Indonesia sendiri, karena mengingat letak geografisnya diantara 5 derajat lintang utara sampai dengan 10 derajat lintang selatan, maka sebenanya menjadi daerah yang sangat potensiil bila ditanami opi. Kalau kita lihat sebagian besar pertanaman kopi di Indonesia ini terletak diantara 0 derajat sampai 10 derajat lintang selatan. Seperti saja misalnya, Jawa, Bali dan Sulawesi Selatan.

Pengaruh iklim ini dapat mempengaruhi tentang berhasil atau tidaknya kita dalam berkebun kopi. Dari segi iklim ini dapatlah kita bagi menjadi tiga hal yang berpengaruh penting:
1.      Elevasi/ tinggi tempat
2.      Temperatur
3.      Curah Hujan

A. Elevasi dan Temperatur

Karena elevasi dan temperatur ini mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dan berkaitan satu dengan yang lainnya, maka sebaiknya kita bicarakan saja sekalian.

Temperatur rata-rata tahunan di Indonesia ini pada ketinggian permukaan air laut adalah +26 derajat Celsius. Kemudian akan turun 6 derajat setiap naik 100 meter dpl.

Untuk jenis kopi Arabika, dapat ditanam di elevasi 500-2000 meter dpl, namun sebenarnya elevasi yang optimal adalah 800-1500 meter dpl, dengan temperatur 17-21 derajat Celsius. Batas elevasi terendah bagi kopi jenis Arabika ditentukan oleh ketahannya terhadap penyakit karat daun. Pada saat ini di Indonesia belum banyak jenis kopi yang resisten, sehingga sebagian besar kopi Arabika di tanam pada elevasi diatas 800 meter dpl, dan hanya sedikit saja yang ditanam pada elevasi 500-800 meter dpl.

Elevasi tertinggi bagi jenis kopi Arabika dibatasi oleh embun upas/frost, yang sering terjadi pada elevasi diatas 1500meter dpl.
Gambar 10: Perkebunan Kopi di Dataran Tinggi
Kemudian untuk kopi jenis Robusta dapat ditanam pada elevasi 0 sampai 1000meter dpl. Akan tetapi elevasi optimal adalah 400 sampai 800 meter dpl, dengan temperatur rata-rata antara 21 sampai dengan 24 derajat Celsius. Makin tinggi elevasi makin lambat pertumbuhan kopi dan makin lama pula masa non produktifnya. Disamping itu semua elevasi juga berpengaruh terhadap besarnya biji, yang artinya di tempat-temat yang lebih tinggi maka bijinya pun akan lebih besar.

B. Kondisi Curah Hujan

Jumlah dan curah hujan tidaklah begitu penting. Namun distribusi cuah hujan inilah yang lebih penting untuk tanaman kopi. Hal ini disebabkan karena tanaman kopi memerlukan masa agak kering selama kurang lebih 3 bulan.

Masa kering ini memang sangat penting untuk tanaman kopi jenis Robusta. Karena jenis ini memerlukan penyerbukan bersilang. Sedangkan untuk jenis kopi Arabika agak bisa lebih toleran karena memang penyerbukannya dilakukan sendiri.

Untuk curah hujan yang paling baik untuk tanaman kopi adalah daeah yang mempunyai curah hujan optimal antara 2000 sampai 3000 mm per tahun. Kemudian dimasa kering yang kurang lebih 3 bulan itu, cukuplah kita usahakan dengan adanya hujan kiriman.

Menurut Schmidt – Ferguson, di Jawa ini sebagian besar iklimnya yang untuk daerah kopi adalah termasuk iklim yang agak kering. Sedangkan untuk daerah Sumatera di golongkan pada iklim yang agak basah. Makanya di iklim yang agak basah itu panenan kopi relatif lebih merata bila dibandingkan dengan iklim yang agak kering.

Disamping perbedaan tipe ikloim ini, juga akan berpengaruh terhadap rendemen kopi. Untuk daerah yang iklimnya lebih kering maka rendemen kopinya akan lebih tinggi.

C. Kondisi Tanah

Seperti juga tanaman lainnya, maka untuk kopi inipun memerlukan tanah yang subur. Hal ini bisa dibuktikan, bahwa kebun kopi yang arealnya itu bekas hutan maka akan memberikan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu yang sangtat perlu diperhatikan adalah unsur-unsur zat organik/ hara yang sangat diperlukan. Sedangkan usaha lainnya adalah menjaga agar susunan dan struktur tanah tetap baik.
Read More

Thursday, March 27, 2014

Teknik Konversi Kopi Robusta ke Arabika pada Lahan yang Sesuai

Benih menjadi pintu gerbang (entry point) utama suatu kehidupan, termasuk bagi kehidupan tanaman. Perannya menjadi lebih strategis bagi tanaman perkebunan yang berumur panjang dan sifat usahanya tahunan. Kesalahan penanaman akibat penggunaan benih yang tidak unggul, akibatnya akan dirasakan selama puluhan tahun. Produktivitas tanaman rendah, masa pengembalian investasi sangat lambat, dan tingkat keuntungan usaha menjadi lebih rendah. Padahal tiga kriteria tersebut menjadi pertimbangan utama bagi usaha di bidang perkebunan, selain aspek sosial dan lingkungan.

Produksi kopi Indonesia pada 2011 mencapai 709.000 ton dari areal seluas 1,3 juta hektar, dimana sebanyak 68% dari total produksi tersebut diekspor keluar negeri, sehingga kopi merupakan salah satu komoditi andalan perkebunan yang mempunyai peran sebagai penghasil devisa negara. Dari luasan 1,3 juta hektar tersebut, seluas 1,01 juta hektar (77,69%)  merupakan pertanaman kopi robusta, sedangkan seluas 290.000 hektar (22,31%) merupakan pertanaman kopi arabika.

Dengan komposisi luasan pertanaman kopi seperti itu, produk kopi Indonesia terkendala dalam persaingan di pasar internasional, mengingat fenomena 70% konsumsi kopi dunia dikuasai kopi jenis arabika, adapun sisanya 30% merupakan konsumsi kopi jenis robusta. Disamping itu kopi arabika mempunyai harga jual yang lebih tinggi daripada kopi robusta, maka untuk meningkatkan nilai pendapatan devisa maupun meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional adalah dengan jalan meningkatkan proporsi produksi kopi arabika.

Salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi kopi arabika adalah dengan cara ektensifikasi.  Tetapi dikarenakan cara ekstensifikasi pada lahan-lahan baru sulit dilakukan, mengingat kopi jenis ini hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal di dataran tinggi dengan kisaran 1.000 meter dari permukaan laut, sedangkan lahan seperti itu di Indonesia umumnya merupakan lahan kehutanan yang tidak bisa dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan, maka cara ekstensifikasi yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah dengan melakukan konversi kopi robusta ke arabika pada lahan-lahan yang sesuai.

Data yang dirilis Ditjenbun (2012) menunjukkan bahwa sebanyak ± 60% dari luasan perkebunan kopi di Indonesia saat ini telah berumur diatas 25 tahun yang sudah kurang produktif, sehingga sudah saatnya dilakukan rehabilitasi peremajaan. Dimana pada pertanaman kopi yang perlu direhabilitasi tersebut didominasi oleh pertanaman kopi robusta, maka rehabilitasi pada lahan-lahan yang sesuai untuk budidaya kopi arabika dapat dilakukan dengan cara konversi kopi robusta menjadi kopi arabika, dikarenakan banyak petani pada umumnya masih mengusahakan tanaman kopi secara bercampur antara kopi arabika dan robusta pada lahan-lahan yang sesuai untuk budidaya kopi arabika. Seperti halnya yang terjadi di pertanaman kopi rakyat di Kabupaten Bangli, Propinsi Bali, dimana sekitar 40% tanaman kopi robusta ditanam pada lahan-lahan yang sesuai untuk budidaya kopi arabika.

Kasus penanaman kopi robusta yang dilakukan pada lahan-lahan yang sesuai untuk kopi arabika pada pertanaman kopi rakyat di Kabupaten Bangli, tentu juga terjadi pada pertanaman kopi rakyat di daerah lainnya di Indonesia, mengingat bahwa sekitar 96% perkebunan kopi di Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang umumnya belum menerapkan teknik budidaya yang benar. Oleh karena itu, rehabilitasi pada pertanaman kopi dengan kondisi demikian lebih tepat dilakukan dengan cara konversi tanaman kopi robusta menjadi kopi arabika, mengingat kondisi agroekologinya yang sesuai untuk pertumbuhan kopi arabika.

Dalam konversi tanaman kopi robusta menjadi kopi arabika dilakukan dengan teknik sambung, dimana tanaman kopi robusta berlaku sebagai batang bawah, adapun batang atas adalah kopi arabika varietas unggul. Pelaksanaan teknik sambungan di lapangan dilakukan  dengan menggunakan metode siwingan, yaitu dengan memangkas separuh bagian tajuk kopi robusta diatas sambungan. Metode ini selain dapat mendorong pertumbuhan sambungan lebih sehat, juga masih dapat diperoleh hasil panen dari kopi robusta hingga 55%. Dengan metode konversi ini juga mudah dilakukan penggantian jenis klon batang atas bila didapatkan klon-klon baru yang lebih unggul pada masa yang akan datang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Rubiyo dan Suharyanto (2007) mengenai konversi kopi robusta menjadi kopi arabika pada perkebunan kopi rakyat di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali, mendapatkan bahwa:

Penerapan teknologi rehabilitasi konversi kopi robusta menjadi kopi arabika dengan teknik sambung memberikan dampak perubahan tidak saja pada aspek produksi dan pendapatan petani, tetapi juga memberikan dampak pada struktur biaya usahatani termasuk struktur tenaga kerja.
Penerapan teknologi telah meningkatkan biaya input usahatani hingga 69,93%, adapun terhadap produktivitas usahatani peningkatannya
lebih rendah yaitu 59,17%.  Walaupun demikian pendapatan usahatani meningkat sekitar 142,54% dikarenakan faktor harga output yang kondusif, dimana harga kopi arabika jauh lebih mahal dibandingkan kopi robusta.

Selain di Propinsi Bali, teknik rehabilitasi konversi ini telah diterapkan pada perkebunan kopi rakyat di Propinsi Aceh, Lampung dan Nusa Tenggara Timur, diharapkan kedepan penerapan teknik ini dapat juga  menjangkau perkebunan-perkebunan kopi rakyat di propinsi lain, sehingga lambat laun dapat meningkatkan proporsi luasan maupun produksi kopi arabika di Indonesia. Seperti diketahui dari empat negara produsen utama kopi dunia, dimana Indonesia  berada di urutan keempat produsen terbesar  setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, selama ini hanya Indonesia dan Vietnam yang dominan menghasilkan kopi robusta, adapun produksi kopi Brazil didominasi oleh kopi arabika yang mencapai 76%, bahkan produksi kopi arabika Kolumbia mencapai 98%, bandingkan dengan Indonesia yang pada tahun 2011 hanya memproduksi kopi arabika sebanyak 22%.

Walaupun produksi kopi arabika Vietnam pada tahun 2011 masih sekitar 5%, tetapi saat ini Vietnam telah melakukan program yang agresif dan terarah dalam konversi tanaman kopi robusta ke kopi arabika, sehingga sebagai pesaing Indonesia jangan terlena dan harus mencermati langkah Vietnam tersebut.  Dukungan pemerintah Vietnam sangat nyata bagi peningkatan areal dan produktivitas kopi arabika, dimana selama ini keberhasilan Vietnam dalam pengembangan kopi mendapat dukungan penuh pemerintah seperti membangun jalan-jalan di sentra produksi kopi untuk memperlancar transfortasi hasil panen serta pembangunan fasilitas prasarana dan sarana lainnya, yang menunjang pengembangan kopi, begitupun peningkatan dana penelitian, penyuluhan maupun bantuan kredit bagi petani, sehingga Vietnam yang beberapa tahun lalu sama sekali tidak terdengar soal kopinya namun berkat dukungan pemerintahnya dengan demikian gencar menjadikan produksi kopi Vietnam menjadi hebat, nampaknya dalam hal ini Indonesia perlu belajar dari Negara Vietnam.

Diharapkan keberhasilan teknologi rehabilitasi konversi kopi robusta menjadi kopi arabika dengan tanpa harus membongkar tanaman kopi robusta yang sudah tua, dapat juga berhasil meningkatkan daya saing kopi Indonesia terutama kopi arabika  di pasar internasional, mengingat kopi arabika asal Indonesia sudah memiliki reputasi baik di pasar internasional sebagai kopi spesialti yang bercitarasa tinggi, yang akan berdampak positif pada peningkatan pendapatan petani, peningkatan nilai devisa serta peningkatan perekonomian Indonesia (Rubiyo, Bambang E.T. dan Juniaty Towaha/BALITTRI)..

Read More

Wednesday, March 26, 2014

Manfaat Tanaman Pelindung pada Budidaya Kopi

Tanaman kopi (Coffea sp. ) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada berbagai daerah dengan berbagai ketinggian tempat. Untuk daerah dataran rendah sampai menengah dapat diusahakan jenis kopi robusta sedang pada derah dataran tinggi digunakan jenis kopi arabika.

Dalam budidayanya, tanaman kopi memerlukan tanaman pelindung untuk mengurangi intensitas matahari yang sampai di kanopi daun, karena tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik apabila diusahakan pada areal yang terbuka. Berbagai jenis tanaman pelindung telah banyak dikenal oleh pekebun kopi, diantaranya adalah: tanaman gamal, lamtoro, dadap, suren dan lain sebagainya.

Tanaman kopi juga dapat digunakan sebagai tanaman sela diantara tanaman tahunan lainnya yang dapat difungsikan sebagai tanaman pelindung seperti kayumanis, karet, kelapa, damar, belimbing, keluwak dan lain-lainnya dengan mengatur jarak dan sistem tanam yang akan digunakan untuk menanam tanaman kopi (Gambar 1.).
Gambar 1. Polatanam Keluwak + kopi (A), belimbing + kopi (B) dan damar + kopi (C)
Gambar 1. Polatanam Keluwak + kopi (A), belimbing + kopi (B) dan damar + kopi (C)

Respon pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi terhadap tanaman pelindung ini sangat nyata. Pada pertanaman kopi yang diusahakan di tempat terbuka tanpa menggunakan tanaman pelindung pertumbuhannya akan sangat lambat, warna daunnya kekuningan, tanaman cenderung tumbuh kerdil yang ditandai dengan semakin pendeknya panjang antar cabang produktif, pembungaan lebih lambat, produksinya juga akan lebih rendah karena cabang produksinya lebih pendek jika dibanding dengan tanaman kopi yang budidayanya menggunakan tanaman pelindung.

Sebaliknya, apabila tanaman pelindungnya terlalu rimbun tanaman kopi akan mengalami pertumbuhan yang kurang baik yang ditandai dengan daun berwarna hijau gelap, melebar dan lebih tipis dengan jumlah daunnya juga berkurang (Gambar 2).

Oleh karena itu dalam budidaya tanaman kopi penggunaan tanaman pelindung yang sesuai dengan kebutuhan sinar matahari untuk tanaman kopi sangat diperlukan sehingga diperoleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik.
Gambar2. Tanaman kopi tanpa pelindung (A), dengan pelindung (B), pelindung terlalu rapat (C)
Gambar2. Tanaman kopi tanpa pelindung (A), dengan pelindung (B), pelindung terlalu rapat (C)

Hasil observasi terhadap parameter vegetatif tanaman kopi Kartika-1 umur 10 bulan setelah tanam yang ditanam dengan menggunakan tanaman pelindung dan pada lahan terbuka/tanpa pelindung disajikan dalam Tabel 1, berikut.
Tabel Rataan Pertumbuhan vegetatif tanaman kopi Kartika-1 yang ditanam dengan menggunakan pelindung dan ditempat terbuka tanpa pelindung
Tabel Rataan Pertumbuhan vegetatif tanaman kopi Kartika-1
yang ditanam dengan menggunakan pelindung dan
ditempat terbuka tanpa pelindung


Dari Gambar 2 dan Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa parameter vegetatif tanaman kopi Kartika-1 yang diusahakan dengan menggunakan tanaman pelindung menampilkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dan lebih seragam dibanding dengan tanaman kopi tanpa tanaman pelindung.

Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik di dalam budidaya tanaman kopi, penggunaan tanaman pelindung sangat diperlukan.

(Dibyo Pranowo/Peneliti Balittri).
Read More

Tuesday, March 25, 2014

Budidaya Tanaman Kopi Arabika

Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup penting karena mempunyai nilai ekonomis yang relative tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia.

Tanaman kopi jenis arabika sat ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83 U$D/Kg.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan harga kopi Robusta di pasaran dunia antara lain :

  • Kelangkaan pasok jenis kopi Arabika.
  • Kopi robusta mengalami over supply.
  • Penggunaan kopi Robusta semakin tinggi.
  • Situasi pasaran dunia untuk jenis Robusta menurun sehingga ICO melakukan pemotongan kuota sebanyak 2 kali lipat dalam setahun.
Kopi Gayo, Ateng Janda
Kopi Gayo, Ateng Janda
http://winiardi.blogspot.com/2013/04/menjual-bibit-kopi-dan-tanaman-hias.html

Dari hal tersebut perlu adanya usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun.
Usaha untuk merebut peluang pasar kopi antara lain dengan Pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi kopi Arabika.

Peremajaan Tanaman Kopi
Peremajaan adalah usaha menggantikan tanaman yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktivitasnya rendah sehingga perlu diganti dengan yang baru dan dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Perluasan Lahan Kebun Kopi
Kegiatan perluasan adalah menanam tanaman kopi di areal baru yang lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi.
Rehabilitasi Kebun
Rehabilitasi kebun adalah kegiatan untuk memulihkan kondisi kebun ke keadaan yang lebih baik, sehingga produktivitasnya meningkat. Rehabilitasi tanaman ditujukan pada populasi tanaman yang telah berkurang karena kesalahan kultur teknis, serangan hama dan penyakit serta kekeringan yang akan akan mengakibatkan produktivitas tanaman per hektar rendah atau tidak menguntungkan untuk diusahakan.

Budidaya Tanaman Kopi Arabika

Pada dasarnya untuk usahatani dan budidaya kopi arabika melalui kegiatan Perluasan, Peremajaan dan Rehabilitasi adalah sama seperti pada kegiatan penanaman baru, yaitu :
1. Syarat Tumbuh
a. Lokasi
Letaknyas terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter.
Lahan bebas hama dan penyakit
Mudah pengawasan

b. Tanah
PH tanah : 5,5 – 6,5
Top Soil : Minimal 2 %.
Strukrur tanah : Subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm.

c. Iklim
Tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl
Suhu : 15º C – 25º C.
Curah hujan : 1.750 – 3000 mm/thn, Bulan kering 3 bulan

2. Bahan Tanaman
Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan Bibit Siap Salur dengan kriteria sebagai berikut :
Sumber benih
  1. Benih harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah ditunjuk.
  2. Umur bibit : 8 -12 bulan
  3. Tinggi : 20 -40 cm
  4. Jumlah minimal daun tua : 5 – 7
  5. Jumlah cabang primer : 1
  6. Diameter batang : 5 – 6 cm

Kebutuhan bibit/ha
  1. Jarak tanam : 1,25 m x 1,25 m
  2. Populasi : 6.400 tanaman
  3. Untuk sulaman : 25 %

3. Penanaman
a. Jarak Tanam
Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :
  1. Segi empat : 2,5 x 2,5 m
  2. Pagar : 1,5 x 1,5 m
  3. Pagar ganda : 1,5 x 1,5 x 3 cm

b. Lobang Tanam
  1. Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.
  2. Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.
  3. Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.
  4. Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.
  5. 2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang.
  6. Tanah urugan jangan dipadatkan.

c. Penanaman
  1. Penanaman dilakukan pada musim hujan
  2. Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.
Kopi Gayo, Ateng Super
Kopi Gayo, Ateng Super
http://winiardi.blogspot.com/2013/04/menjual-bibit-kopi-dan-tanaman-hias.html


4. Pemeliharaan
a. Penyiangan
  1. Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi.
  2. Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah
  3. Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 x setahun

b. Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung
  1. Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis.
  2. Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada.
  3. Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.

 Pengaturan pohon pelindung
  1. Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi
  2. Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
  3. Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.

c. Pemangkasan Kopi
Pangkasan Bentuk
  1. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m
  2. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas
  3. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan

Pangkasan Produksi
  1. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.
  2. Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak menghasilkan buah.
  3. Pembuanagn cabang-cabang yang terserang hama penyakit.
  4. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal musim hujan.

Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)
  1. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun menurun
  2. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggio 40 – 50 cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.
  3. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk
  4. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1 -2 tunas yang pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.
  5. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya tinggi.


5. Pemupukan
Dosis pemupukan kopi per pohon adalah :
  1. Umur 1 tahun : 50 gr Urea, 40 gr TSP, dan 40 gr KCL.
  2. Umur 2 tahun : 100 gr Urea, 80 gr TSP, dan 80  gr KCL.
  3. Umur 3 tahun : 150 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
  4. Umur 4 tahun : 200 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
  5. Umur 5-10 tahun : 300 gr Urea, 150 gr TSP, dan 240 gr KCL.
  6. Umur 10 thn keatas : 500 gr Urea, 200 gr TSP, dan 320 gr KCL.


Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-masing setengah dosis. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon (± 1 m)

6. Pengendalian Hama Penyakit
a. Hama
Hama Bubuk Buah
  • Penyebab adalah sejenis kumbang kecil
  • Menyerang buah muda dan tua
  • Pengendalian dengan mekanis yaitu dengan mengumpulkan buah-buah yang terserang, secara kultur teknis dengan penjarangan naungan dan tanaman sedangkan secara chemis dengan Insektisida Dimecron 50 SCW, Tamaron, Argothion, Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.

Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus)
  • Menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi.
  • Daun menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering.
  • Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.

b. Penyakit
Penyakit Karat Daun
  • Penyebab adalah sejenis Cendawan.
  • Tanda serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati.
  • Pengendalian secara kultur teknis dengan menanam jenis kopi arabika yang tahan sepertio S 333, S 288 dan S 795 serta menjaga agar kondisi FungisidaDithane M-45 dengan dosis 2 gr/liter air.

c. Panen
  • Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun.
  • Petik buah yang betul masak dengan warna merah, tua agar menghasilkan kopi yang berkualitas.
  • Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting) yang rusak.



Sumber: http://asmacs.wordpress.com/budidaya-tanaman-kopi
Read More

Monday, March 24, 2014

Jenis-Jenis Kopi di Indonesia

Kopi arabika. 
Penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia. Jenis kopi ini oleh Gubernur Jenderal Belanda di Malabar dikirim juga ke Batavia pada tahun 1696. Karena tanaman ini kemudian mati oleh banjir, pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya menyebar ke berbagai bagian di kepulauan Indonesia (Gandul, 2010).
Sekitar satu abad kopi arabika telah berkembang sebagai tanaman rakyat. Perkebunan kopi pertama diusahakan di Jawa Tengah (Semarang dan Kedu) pada awal abad ke-19, sedang perkebunan kopi di Jawa Timur (Kediri dan Malang) baru dibuka pada abad ke-19, dan di Besuki bahkan baru pada akhir tahun 1900an. Hampir dua abad kopi arabika menjadi satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Budidaya kopi arabika ini mengalami kemunduran karena serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876. Kopi arabika hanya bisa bertahan di daerah-daerah tinggi (1000 m ke atas), di mana serangan penyakit ini tidak begitu hebat.

Kopi robusta. 
Kopi Robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1900 (Gandul, 2010). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena itu kopi ini cepat berkembang, dan mendesak kopi-kopi lainnya. Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi Robusta.

Kopi spesial Indonesia. 
Di dunia termasuk di Indonesia dikenal kopi khas yang citarasanya khas. Contoh kopi tersebut di Indonesia antara lain kopi lintong, kopi toraja dan lainnya, yang umumnya adalah jenis kopi arabika. Secara historis dikenal juga kopi luwak yang sangat terkenal citarasanya karena cara panen dan prosesnya yang melalui hewan luwak.

Read More