Showing posts with label Secangkir Kopi. Show all posts
Showing posts with label Secangkir Kopi. Show all posts

Sunday, May 8, 2016

Medan Medan Medan

GELLENG (8 thn) anak Porsea mau pigi ke Medan, diantarkan sama mamaknya si TIUR ke terminal bus.

MAROLOP (kernet) : "Medan..., Medan inang...?"

TIUR : "Bang.., tolong nanti kalok sudah sampek di Lubuk Pakam kasih tau sama anak ku ini yaa...?"

MAROLOP : "Beres lah itu inang...., tariiik bang......!!"

Lewat Siantar si GELLENG tanyak sama kernet : "Sudah dekat Lubuk Pakam bang...?"
MAROLOP : "Belum dek...... masih jauh, masih lama..."

Masuk Tebing Tinggi si Geleng betanyak lagi : "Sudah sampek Lubuk
Pakam bang....?"
MAROLOP : "Belum lagi, masih jauh..."

Si GELLENG bosan tidak nyampek2, akhirnya dia tertidur. Bus terus bejalan arah ke Medan dan tidak terasa Bus sudah melewati Lubuk Pakam dan si MAROLOP kernet bus lupa pulak sama pesannya mamak si GELLENG. Pas teringat bus sudah sampek pulak di Tanjung Morawa.... dia bilang sama bang supir : "Aduh bang, bedosa kali laa aku sama anak kecik tu.." sambil menunjuk ke si GELLENG yang tertidur pulas.
"Kenapa rupanya...?" tanyak si supir

Bingung bercampur takut sama si supir MAROLOP berkata : "Tadi waktu mau berangkat mamaknya titip sama aku bang, kalok sudah sampek Lubuk Pakam, kasih tau sama anaknya...!"

"Bah..., cemana nya kau ini...? Lubuk Pakam pun udah jauh pulak...!" cakap si supir.

Untung nya bang supir baek pulak orangnya. Dgn persetujuan penumpang yg sedikit ngomel, mau pulak dia balek ke Lubuk Pakam setelah mintak persetujuan penumpang. Sampek di Lubuk Pakam, lalu dibangunkankah Si GELLENG dari tidurnya... " Hoiiii GELLENG....!!! Bangun kau... sudah sampek Lubuk Pakam..."

"Bah, sudah sampek nya kita bang...?" kata si GELLENG sambil sibuk bukak tasnya mengeluarkan nasi bungkus sama teri medan lengkap  sambal andaliman sama jengkolnya.

"Turun disini kau GELLENG....?" tanya si MAROLOP curiga..

"Ahhh inggak bang... aku mau ke Medan. Tadi Mamak ku pesan, nantik kalok sudah sampek Lubuk Pakam, aku disuruh makan nasi bungkus ini....." kata si GELLENG slow sambil mengunyah jengkol dgn lahap.

Sopir, kernet dan semua penumpang serentak besuara :
"LONTONG KAUUUUU !!!"
Read More

INDONESIA



*INDONESIA*

Tahukah anda bahwa darimana sebetulnya nama Indonesia itu? Nama itu diciptakan awalnya oleh George Samuel Windsor Earl peneliti Inggris, dengan sebutan  ”Indu nesia”. Kemudian rekannya, James Logan, memilih nama ”Indonesia”. ”Indonesia” sejak itu abad ke-18 memasuki sejarah. Itu yang ditulis oleh R.E. Elson dalam bukunya yang berjudul The Idea of Indonesia: A History.

Bagi para peneliti antropologi pada abad ke 19, dari Prancis, Inggris, Jerman, dan Belanda, ”Indonesia” adalah sebuah konsep praktis buat kerja. Tapi orang Belanda umumnya tak memahami ini. Salah seorang dari mereka di sidang Volksraad berpendapat, nama ”Indonesia” lebih cocok untuk merek cerutu. Sebaliknya bagi para pemuda yang datang dari tanah jajahan ke Nederland untuk sekolah , nama Indonesia sebagai perekat kebersamaan, baik di kalangan yang datang dari Aceh maupun Ambon, yang keturunan Cina atau Jawa.

Dari kebersamaan itu, nama ”Indonesia” jadi sederet bunyi yang mempersatukan, dan dengan persatuan itu mereka menuntut kemerdekaan. Mula mula mereka tak menyetujui membentuk cabang Budi Utomo (karena terbatas ”orang Jawa”). Mereka membentuk ”Indische Vereniging” (IV). Kemudian jadilah ”Indonesisch Verbond van Studeerende” (IVS).

Para politikus kolonial yang konservatif seperti H. Colijn mencoba menunjukkan bahwa persatuan Indonesia mustahil, karena perbedaan suku dan ras yang ada. ”Indonesia” bagi orang orang ini hanya ilusi. Tapi pandangan ini tak berjejak. Dalam sebuah pertemuan IV, pemuda dari Minahasa, G.S.S.J. Ratu Langie, menegaskan perlunya ”persaudaraan” pelbagai suku dan ras di ”Indonesia”. Buku Elson juga mencatat, dalam sebuah pertemuan IVS pada 1920, putra mahkota Kesultanan Yogyakarta menyebut diri sebagai ”seseorang yang dalam batas tertentu mewakili orang Jawa, dan dengan demikian juga bagian dari Indonesia.” Lalu ia pun menutup pidatonya dengan seruan, ”Hidup Indonesia!”

Dari sejarah itu tampak, saya kira, yang paling berhasil mengisi makna ”Indonesia” adalah dua tokoh sebuah partai radikal, Indische Partij.Yang pertama Suwardi Suryaningrat, yang kelak jadi Ki Hajar Dewantara. Dalam majalah Hindia Poetra yang diterbitkan kembali pada 1919, aktivis itu menyatakan: ”… orang Indonesia adalah siapa saja yang menganggap Indonesia tanah airnya, tak peduli apakah ia Indonesia murni ataukah ia punya darah Cina, Belanda, dan bangsa Eropa lain dalam jasadnya.” Yang kedua adalah E. Douwes Dekker, yang kemudian dikenal sebagai dengan nama Danoedirdja Setiaboedi. Aktivis berdarah Eropa ini menulis surat terbuka ke Ratu Wilhelmina pada April 1913: ”Bukan, Paduka Yang Mulia. Ini bukan tanah air Paduka. Ini tanah air kami….”

Indonesia bukan sekadar multi kultural, tapi juga inter kultural: tiap orang jadi Indonesia karena memasukkan kebudayaan yang lain ke dalam dirinya. Sebab Indonesia bukanlah ke bhineka an yang bersekat sekat seperti dalam rezim apartheid. Indonesia adalah sebuah proses yang eklektik, bercampur, berbaur dengan bebas. Dengan itu, Indonesia,  mengimbau siapa saja tak putus putusnya, menggerakkan ”kami” jadi ”kita”. Ia tak pernah sempit. Ia hidup dalam ruang dan waktu, tapi ia terasa tak berhingga.
Read More

Friday, May 6, 2016

Sejuta Sejarah yang Tersimpan di Komplek Candi Muara Jambi

Sejuta Sejarah yang Tersimpan di Komplek Candi Muara Jambi
Candi Muara Jambi
Satu destinasi sejarah yang bisa didatangi saat ke Jambi adalah Candi Muara Jambi. Tak hanya satu, tapi ada puluhan candi yang menyimpan sejuta sejarah.

Pada dasarnya, ada 82 candi di komplek ini. Hanya saja, baru 8 yang sudah diekskavasi atau sudah digali sehingga bisa dinikmati pengunjung dan para peneliti.

Komplek candi yang seluas 3.981 hektar ini berada di Kabupaten Muaro Jambi, Kecamatan Muaro Sebo. Tepatnya sekitar 2 kilometer sebelah timur laut Kota Jambi. Jika menggunakan jalur darat bisa melewati Jembatan Batanghari II yang dapat ditempuh selama 30 menit. Adapun kalau lewat jalur sungai Batanghari bisa ditempuh dalam waktu dua jam.

Candi Astono, Candi Tinggi, Candi Tinggi Satu, Candi Gumpung, Candi Kembar Batu, Candi Gedong Satu, Gedong dua, dan Candi Kedaton merupakan 8 candi yang bisa dijelajah di sini. Delapan situs candi ini punya letak lokasi yang berjauhan. Bentuk candi pun punya perbedaan yang beragam.

Bicara tentang sejarah, pada abad ke-7, komplek candi ini merupakan pusat pendidikan agama Buddha. Berdasarkan catatan biksu Tiongkok It-Sing, mulai abad itu banyak siswa dan biksu dari India, Tibet, dan Tiongkok untuk belajar di Candi Muara.


(Hardani/detikTravel)

Para siswa antar negara ini menuntut ilmu dalam tatanan bahasa sanskerta. Nantinya, mereka akan kembali ke negaranya untuk menyebarkan ilmu yang telah didapat.

Sayangnya, semua itu terhenti di akhir abad ke-15 karena banjir bandang. Tak selesai sampai di situ, setelah banjir datang juga wabah kolera yang menyerang masyarakat termasuk para biksu.


(Muchammad Elri Abrian Noor/d'Traveler)

Mau tak mau generasi masyarakat pada saat itu terputus. Mulai awal 16, masyarakat Melayu generasi berbeda menjadi penghuni area yang saat ini menjangkau lima desa di sekitar komplek candi.

Dari peninggalan bersejarah situs ini, disimpan pula beberapa bukti benda peninggalan seperti arca, pecahan keramik Tiongkok, hingga dwarapala (patung penjaga candi) yang berasal dari Candi Gumpung. Ada juga belangga perunggu yang merupakan peninggalan dari Candi Astano. Semua barang ini tersimpan rapi di rumah penyimpanan yang jaraknya 100 meter dari Candi Gumpung.

Melalui program Ekspedisi Langit Nusantara, Telkomsel akan mengungkapkan pesona Indonesia melalui video yang diambil dari dua drone berjenis UAV (Unmanned Aerial Vehicle) yang melintasi lebih dari 50 kota di Indonesia selama sebulan penuh.

Untuk hari ini, Jumat (22/4), drone Elang Barat yang diterbangkan dari bagian barat Indonesia, rencananya akan menjelajah Kota Jambi. Cukup dengan mengakses situs Elang Nusa kita dapat mengikuti perjalanan secara lengkap, baik melalui live streaming maupun rekaman.
Read More

Wednesday, April 13, 2016

GWES 2016

Halo! salam GWES 2016! Geophysical Workshop, Explore and Seminars 2016.
oleh HIMA TG Bhuwana Universitas Lampung.
Ayo temu, sharing dan diskusi bersama pemateri kami;
1. Awang Harun Satyana (Geosaintis SKK MIGAS)
2. Andang Bachtiar (Dewan Energi Nasional)*
3. A.E Anggatara (Manager Pusat Listrik Tanggamus)
dalam acara GRAND SEMINAR : With Geophysics, We Explore Indonesia's Treasure Energy.
Lokasi di ruangan A. 2.1 Dekanat gedung A, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. pada hari Kamis, 14 April 2016
HTM 50K sudah termasuk seminar kit, sertifikat, snack dan makan siang.
Tertarik? datang dan jadilah bagian dalam semangat perubahan energi terbarukan!
Info lebih lanjut? kontak tim kami,
Ratih (082282744839)
Aulia (085758337426)
ket: *dalam konfirmasi

GWES 2016


Read More

Lomba Logo ISPG



ISPG adalah anak organisasi dari IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) yang lahir dari rasa tanggung jawab terhadap penemuan dan pengeloaan sumberdaya migas melalui peningkatan profesionalisme, kompetensi dan pengembangan praktek-praktek terbaik bidang sumberdaya minyak dan gas bumi. Kami mengundang anda untuk turut serta dalam mengawali sejarah ISPG dengan menjadi desainer logo ISPG. Kirimkan desain logo anda ke alamat email: ispg2016@gmail.com dengan subject: “Lomba Logo ISPG”
Desain logo paling lambat kami terima pada 16 April 2016 pukul 23.59 WIB.
Logo terpilih akan mendapatkan hadiah sebesar dua juta rupiah (Rp. 2.000.000,00).
Syarat dan ketentuan dapat dilihat pada poster telampir.
Salam
o.b.o. Sekretariat ISPG

Lomba Logo ISPG
ISPG

Read More

Saturday, March 26, 2016

Empat Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Berbelanja Untuk Menghemat Uang Anda


Dalam berbekanja kebutuhan sehari-hari yang semakin bertambah seringkali membuat kita lupa dan rela menghabiskan banyak waktu. Padahal belum tentu setiap barang yang kita beli tersebut berguna dan mampu bertahan lama. Hal ini juga seringkali menimbulkan masalah yang besar dan membuat banyak orang sulit untuk mengontrol kondisi keuangan.

Beberapa barang yang seharusnya bisa tidak Anda beli agar mampu menabung lebih banyak, adalah berikut di bawah ini:

1. Kopi

Sebagian besar pekerja sering meminum kopi di pagi hari agar mampu menjaga daya tubuhnya. Namun terlalu sering membeli kopi di kedai kopi mahal justru akan membuat kondisi finansial Anda semakin buruk.

Contohnya, Anda mungkin sering membeli kopi yang mahal seharga Rp 50 ribu setiap hari sebelum berangkat ke kantor. Kalau hari aktif kerja anda 20 hari dalam sebulan maka anda menghabiskan satu juta hanya untuk secangkir latte. Ini merupakan pengeluaran yang cukup besar. Ada baiknya memilih kopi yang lebih murah.




2. Air minum kemasan

Lebih baik membawa air dalam botol minuman dibanding harus membeli air minum kemasan setiap kali Anda pergi keluar rumah, Anda dapat menghemat dengan membawa botol minuman sendiri.

Selain lebih menghemat uang, Anda pun berkontribusi dalam pelestarian lingkungan, karena botol kemasan adalah salah satu bahan yang menjadi sampah yang sulit terurai.




3. Gadget terbaru



Perkembangan gadget baru semakin cepat. Selalu muncul gadget-gatget baru hampir setiap enam bulan. Selalu ingin membeli gadget terbaru hanya akan merugikan Anda. Walaupun dapat meningkatkan gengsi, selalu memperbarui gadget terbaru cukup menguras kantong.

Lebih baik mempertahankan gadget yang masih bagus, daripada menghabiskan uang untuk selalu membeli gadget terbaru, Anda mungkin dapat menabung untuk keperluan yang lebih penting.





4. Junk food

Junk food sudah dikenal sebagai makanan yang tidak sehat karena banyak mengandung garam, gula, lemak, kalori tinggi dan zat aditif, tetapi memiliki kadar nutrisi, vitamin, mineral dan serat yang rendah. Namun cukup banyak orang yang senang untuk mengkonsumsinya. Anda dapat mencoba untuk mengurangi makanan junk food tersebut, yang tentunya dapat menghemat keuangan Anda karena junk food biasanya cukup mahal harganya.



Read More

Friday, March 25, 2016

THE BLIND SPOT



Semua PETINJU profesional memiliki PELATIH.
Bahkan, petinju LEGENDARIS sehebat MOH ALI sekalipun yang memiliki PELATIH.
Yaitu ANGELO DUNDEE yang membantu ALI menjadi JUARA dunia 3 kali.

Padahal jika mereka BERDUA disuruh  BERTANDING sangat JELAS Angelo Dundee tidak akan pernah MENANG.

Mungkin kita ber-tanya-tanya, mengapa MOH ALI butuh PELATIH kalau JELAS dia pasti MENANG melawan pelatihnya?

KETAHUILAH...
Bahwa MOH ALI butuh PELATIH bukan karena pelatihnya lebih HEBAT tapi karena ia membutuhkan seseorang untuk MELIHAT hal-hal yang "TIDAK DAPAT DIA LIHAT SENDIRI"

Hal yang tidak dapat kita LIHAT dengan MATA sendiri itu yang disebut : "BLIND SPOT" atau "TITIK BUTA".

Kita hanya bisa melihat "BLIND SPOT" dengan bantuan orang lain.

Dalam HIDUP kita BUTUH seseorang untuk MENGAWAL kehidupan kita, SEKALIGUS untuk MENGINGATKAN kita seandainya PRIORITAS hidup kita mulai BERGESER.

Kita butuh orang lain YANG :
✅ MENASIHATI
✅ MENGINGATKAN
✅ MENEGUR

Jika kita MULAI melakukan SESUATU hal yang KELIRU yang MUNGKIN tidak kita SADARI.

Kita butuh KERENDAHAN HATI untuk :
✅ Menerima KRITIKAN
✅ Menerima NASEHAT
✅ Menerima TEGURAN

Itulah yang justru MENYELAMATKAN kita.

Kita bukan manusia SEMPURNA. Jadi, biarkan orang lain menjadi "MATA" kita di area 'BLIND SPOT' kita, sehingga kita bisa MELIHAT apa yang tidak BISA kita LIHAT dengan 'PANDANGAN' kita SENDIRI.
Mari kita saling nasehat menasehati, membangun KEBAIKAN dan KERUKUNAN.

Teruslah berniat baik, berbuat baik, berprasangka baik dan jangan hiraukan ajakan-ajakan yang tidak baik.

Semoga bermanfaat dan tetap semangat tuk menggapai kebahagiaan dunia akhirat.



H. Umyung Mustika
Read More

Thursday, March 24, 2016

REAKSI vs RESPONS


CEO Google, Sundar Pichai mulai banyak dikenal orang setelah menjabat pimpinan tertinggi raksasa perusahaan Google. Pichai terlahir di Tamil Nadu, India pada tahun 1972. Pichai dikenal oleh karyawan Google sebagai seseorang yang selalu berhasil merealisasikan rencana menjadi kenyataan. Beberapa proyek dia yang sukses yakni browser Chrome dan Android.

Sundar Pichai memang dikenal sebagai orang yang ramah, cerdas, dan pekerja keras. Ada sebuah kisah inspiratif dari pidato oleh Sundar Pichai kepada anak buahnya – Ia berpidato tentang kecoa. Kisah inspiratif dibalik kecoa yang menjijikkan. Di sebuah restoran, seekor kecoa tiba-tiba terbang dari suatu tempat dan mendarat di seorang wanita. Dia mulai berteriak ketakutan. Dengan wajah yang panik dan suara gemetar, dia mulai melompat, dengan kedua tangannya berusaha keras untuk menyingkirkan kecoa tersebut. Reaksinya menular, karena semua orang di kelompoknya juga menjadi panik. Wanita itu akhirnya berhasil mendorong kecoa tersebut pergi tapi … kecoa itu mendarat di pundak wanita lain dalam kelompok. Sekarang, giliran wanita lain dalam kelompok itu untuk melanjutkan drama. Seorang pelayan wanita bergegas ke depan untuk menyelamatkan mereka.
Dalam sesi saling lempar tersebut, kecoa berikutnya jatuh pada pelayan wanita. Pelayan wanita berdiri kokoh, menenangkan diri dan mengamati perilaku kecoa di kemejanya. Ketika dia cukup percaya diri, ia meraih kecoa itu dengan jari-jarinya dan melemparkan nya keluar dari restoran.

Menyeruput kopi dan menonton hiburan itu, antena pikiran saya mengambil beberapa pemikiran dan mulai bertanya-tanya, apakah kecoa yang bertanggung jawab untuk perilaku heboh mereka? Jika demikian, maka mengapa pelayan wanita tidak terganggu? Dia menangani peristiwa tersebut dengan mendekati sempurna, tanpa kekacauan apapun. So, para hadirin.. CEO dari India ini kemudian bertanya: “Lalu apa yang bisa saya dapat dari kejadian tadi?” Ia melanjutkan pidatonya.. “Dari tempat saya duduk, saya berpikir.. Kenapa 2 wanita karir itu panik, sementara wanita pelayan itu bisa dengan tenang mengusir kecoa? Berarti jelas bukan karena kecoanya, tapi karena respon yang diberikan itulah yang menentukan. Ketidakmampuan kedua wanita karir dalam menghadapi kecoa itulah yang membuat suasana cafe jadi kacau. Kecoa memang menjijikkan. Tapi ia akan tetap seperti itu selamanya. Tak bisa kau ubah kecoa menjadi lucu dan menggemaskan. Begitupun juga dengan masalah.

Macet di jalanan, atau istri yang cerewet, teman yang berkhianat, bos yang sok kuasa, bawahan yang tidak penurut, target yang besar, deadline yang ketat, customer yang demanding, tetangga yang mengganggu, dsb. Sampai kapanpun semua itu tidak akan pernah menyenangkan. Tapi bukan itu yang membuat semuanya kacau. Ketidakmampuan kita untuk menghadapi yang membuatnya demikian.” Yang mengganggu wanita itu bukanlah kecoa, tetapi ketidakmampuan wanita itu untuk mengatasi gangguan yang disebabkan oleh kecoa tersebut.

Di situ saya menyadari bahwa, bukanlah teriakan ayah saya atau atasan saya atau istri saya yang mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh teriakan merekalah yang menggangg. Reaksi saya terhadap masalah itulah yang sebenarnya lebih menciptakan kekacauan dalam hidup saya, melebihi dari masalah itu sendiri.

Apa hikmah dibalik kisah inspiratif dari pidato ini? Para wanita bereaksi, sedangkan pelayan merespon. Reaksi selalu naluriah sedangkan respon selalu dipikirkan baik-baik. Sebuah cara yang indah untuk memahami HIDUP. Orang yang BAHAGIA bukan karena semuanya berjalan dengan benar dalam kehidupannya. Dia BAHAGIA karena sikapnya dalam menanggapi segala sesuatu di kehidupannya benar..! Itulah kira-kira hikmah yang dapat diambil dari sebuah kisah inspiratif dari pidato CEO Google, Sundar Pichai.

"Masalah adalah sebuah masalah ..... RESPONSE kita lah yg akan menentukan bagaimana akhir dari sebuah masalah ...."
Read More

Ibumu itu adalah pembohong

Seorang ibu dalam hidupnya membuat kebohongan.

1. Saat makan, jika makanan kurang, Ia akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, "Cepatlah makan, ibu tidak lapar."

2. Wkt makan, Ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, "ibu tidak suka daging, makanlah, nak.."

3. Tengah malam saat dia sedang menjaga anaknya yang sakit, Ia berkata,
"Istirahatlah nak, ibu masih blm ngantuk.."

4. Saat anak sudah tamat sekolah, bekerja, mengirimkan uang untuk ibu. Ia berkata, "Simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang."

5. Saat anak sudah sukses, menjemput ibunya untuk tinggal di rumah besar, Ia lantas berkata, "Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tinggal di sana."

Saat menjelang tua, ibu sakit keras, anaknya akan menangis, tetap ibu masih bisa tersenyum sambil berkata, "Jangan menangis, ibu tidak apa apa." Ini adalah kebohongan terakhir yg dibuat ibu.

Tidak peduli seberapa kaya kita, seberapa dewasanya kita, ibu slalu menganggap kita anak kecilnya, mengkhawatirkan diri kita tapi tidak pernah membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya.:|

Smoga smua anak di dunia ini bisa menghargai setiap kebohongan seorang ibu....karena beliaulah malaikat nyata yg dikirim TUHAN untuk menjaga kita (Love U Mom)

Berbahagialah orang-orang yang memiliki Ibu, dan bahagiakanlah Ibumu selagi sempat 🤗

Semangat pagi.. Have a bless day😇
Read More

Wednesday, March 23, 2016

Tertawa Adalah Obat Yang Manjur



Hati yang gembira ialah obat bagi segala penyakit. Benarkah demikian? Berikut ini adalah kutipan dari tulisan yang saya terima pagi ini. Ceritanya menunjukkan pernyataan di atas bahwa hati gembiar adalah obat bagi segala penyakit. Mari kita simak.



(iniyangbaru.com)
BERBAHAGIALAH!

Daerah perumahan Bayeman Permai Jalan Wates KM 3 siang itu cukup lengang. Maklum jam kerja, mungkin para penghuninya sedang beraktivitas di luar. Di teras yang menjadi ruang tunggu itu hanya ada aku, kawanku Mahmud –orang yang mengantarku, dan seorang bapak pengidap vertigo dari Kulonprogo.

Kami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh –berusia sekitar tujuh puluhan- spesialis penyakit dalam yang sudah sangat berpengalaman. Jam sembilan pagi aku dan Mahmud berangkat dari Krapyak, dengan kondisi perut yang masih tak karuan. Sesampainya di depan rumah Dokter Paulus Adrian itu, aku muntah walau memang tak banyak. Hanya muntah basa-basi karena perut mual disiksa belasan polisi tidur di perjalanan tadi.

Sambil duduk menunggu, kuatur napas untuk mengontrol sensasi mules dan cemas yang muncul tiba-tiba. Rasa ingin buang air, sedikit mual, cemas, dan semacamnya adalah hal yang biasa kualami saat asam lambung naik. Persis seperti orang yang lagi stress atau grogi parah.

Pintu terbuka, bapak pengidap vertigo keluar sambil membawa bingkisan obatnya. Aku pun masuk. “Silakan duduk,” sambut Pak Paulus. Aku duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien.

“Apa yang dirasakan, Mas?”

Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opnam dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni.

“Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak,” ungkapku, “Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi.”

“Tapi buat puasa kuat ya?”

“Kuat, Pak.”

“Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!”

Aku terbengong, menunggu penjelasan.

“Asam lambung itu,” terang Pak Paulus, “Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa.”

“Maksudnya, Pak?”

“Orang puasa ‘kan malamnya wajib niat to?”

“Njih, Pak.”

“Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, ‘kan?”

“Iya, ya, Pak,” aku manggut-manggut nyengir.

“Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat.”

Aku melongo lagi.

“Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha,” ia tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda usia.

Kemudian ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau.

“Coba baca, Mas: ‘mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang’. Jadi kalau situ memikirkan; ‘ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik’, apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa,” papar Pak Paulus.

“Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?”

“Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatla sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya.”

“Ooo, gitu ya Pak,” sahutku baru menyadari.

“Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubu kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga.”

Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang ‘enzim kebahagiaan’ endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir.

“Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?”

“Iya, Pak.”

“Itu salah kaprah.”

“Maksudnya?”

“Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa.”

“Haah?”

“Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas.”

“Tapi ‘kan pasien harus bedrest, Pak?”

“Ya ‘kan bisa di rumah.”

“Tapi kalau nggak pakai infus ‘kan lemes terus Pak?”

“Nah situ nggak yakin sih. Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas.”

Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita.

“Dulu,” lanjut Pak Paulus, “Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di Sardjito.
Nggak lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat tangan.

Dia divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan.”

“Lalu, Pak?” tanyaku antusias.

“Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau apa.
Dia cuma nanya; ‘Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bulan.

Kira-kira bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?’

Saya heran saat itu, saya tanya kenapa.

Dia bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen ‘menangi’ momen itu.”

“Waah.. Lalu, Pak?”

“Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen,
tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun.
Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi.
Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati.
Kapanpun mati, siap!
Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup.”

Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu.
Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun.
O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanansudah tak kurasakan lagi.

“Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan.
Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap.
Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy.
Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya.

Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!”

“Orangnya masih hidup, Pak?”

“Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu.”

“Wah, wah, wah..”

“Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu.”

“Lhoh, njenengan pernah Pak?”

“Iya.
Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring.

Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung.

Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri.
Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang.
Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan.”

Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini. Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu drastis.

Persis ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan. Semangat menjadi kembali segar!

“Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha.
Saya juga punya kenalan dokter,” lanjutnya,
“Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, Amerika.

Di sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati kapanpun.

Hingga suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika.
Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika.
Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika Tengah.

Kawannya itu nggak bisa jawab.
Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker.
Nah dia pun kaget, tambah penasaran.”

Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga, “Lanjut, Pak,” benakku.

“Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah.
Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi. Apa yang dia temukan?
Orang-orang di sana makannya sangat sehat.
Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak kita.

Sepiring porsi makan itu tiga perempatnya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan.

Jadi ya betul-betul sehat.
Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah kita.

Bahkan beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan.
Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan.”

Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali.

“Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, akhirnya ikut-ikutan.

Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu.”

“Hasilnya, Pak?”

“Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee.

Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami.
Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,”

“Sembuh, Pak?”

“Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang.
Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa.

Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh.

Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut..”

Takjub, tentu saja.

Pada momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-pengalamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang pesimis.


Memang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus.

“Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan pernapasan.

Situ tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap pagi dan malam.

Itu sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tuuh detik.
Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja.”

Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama. Meskipun dengan tata laksana yang sedikit berbeda.

Terutama untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode empat-tujuh-delapan.

Ketika merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai hal.

Maka pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan.
Tak perlu obat, bius, atau sejenisnya, murah meriah.

Pertama, tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima kali.

Memang iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap.
Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun.

“Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita,” terangnya,


“Jadi kalau situ berdoa dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ berdoa sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe.”

Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang ‘enzim panjang umur’.

“Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah unuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur.
Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang.
Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit.
Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali.”

Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri.

“Puasa?”

“Ya!”

“Senin-Kamis?”

“Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal.

Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit.”

Lagi-lagi, aku manggut-manggut.

Tak asing dengan teori ini.

“Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri.

Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat, nggak usahlah.
Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan.

Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan.

Penyakit apapun itu!
Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya.

Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu.”

Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh.

“Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga.

Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain.

Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh!”

Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disanguni berbagai macam jenis obat pun keliru.

Hanya dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada kaitannya dengan asam lambung apalagi GERD.

Hampir satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja rasanya.

Padahal saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu.

“Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya,” ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak pamit.

Dan jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan saudara-saudaranya.


Terima kasih Pak Paulus. 


Begitu cerita menarik yang menunjukkan jika hati yang gembira bisa jadi obat bagi segala penyakit.

Salam bahagia dan sehat.
Read More

Jakarta Lumpuh Saat Demo Pengemudi Taxy



Kemarin , tepatnya tanggal 22 Maret 2016 ada demo para pengemudi taxy yang melakukan protes agar angkutan basis aplikasi online Grab taxy dan Uber ditutup oleh pemerintah.
 Kondisi jalan di depan Simpang Komdak

Mulai pagi hari selain para pengemudi taxy yang membawa taxy mereka berkumpul di beberapa lokasi mulai dari bundaran HI, di Monas dan di depan Gedung DPR, bahkan angkutan umum lainnya jugaikut ambil bagian dalam aksi unjuk rasa ini. Para pengemudi angkot dan pengemudi bajai juga ikut membawa kenderaan mereka dan berkumpul di lokasi-lokasi di atas.
Kenseraan taxy dan angkutan kota yang parkir di Semanggi


Aktivitas unjuk rasa ini cukup menarik perhatian dan makin menarik karena efeknya juga terasa ke yang lain. Bagi karyawan yang umumnya menggunakan fasilitas bis kota untuk berangkat ke lokasi kerja mereka sebagian mengalami keterlambatan karena kemacetan yang parah di beberapa tempat. Buat kenderaan pribadi juga mengalami hal yang sama.
Seperti di depan Komdak, di jalur keluar tol kenderaan yang akan keluar pintu tol pada pukul sembilan pagi sudah mengalami kemacetan parah dan tidak bisa bergerak.
Taxy berhenti dan menutup jalan menuju Gedung DPR


Beberapa penumpang dari bis terpaksa turun dari bis kota sebelum bis keluar dari pintu tol lalu berjalan kai untuk melanjtkan perjalanan dari Komdak ke tujuan masing-masing.

 Penumpang terpaksa turun dari bis yang tidak bisa melanjutkan perjalanan

Seperti yang ada disiarkan di dalam berita oleh beberapa siaran tv nasional terdapat kejadian penyetopan oleh pengemudi taxy yang ikut aksi protes menghentikan taxy lain yang terlihat mengangkut penumpang, mereka memaksa penumpang turun dan mengajak supir tersebut untuk ikut bergabung dalam aksi protes.
Jakarta lumpuh, kok bisa ya? Kegiatan para pengemudi taxy dan angkutan umum dalam aksibprotes mereka mengakibatkan jalan-jalan utarama di pusat kota Jakarta macet parah dan bisa dikatakan lumpuh total hingga beberapa jam. Bukan saja jalan umum, aktivitas protes ini juga membuat jalur busway macet toal karena tertutup oleh taxy-taxy yang diparkirkan di jalur busway menyebabkan busway tidak bisa bergerak. Arus busway baru bergerak sesaat setelah petugas polisi meminta para sopir taxy bergerak dan mindahkan kenderaan mereka yang menghalangi jalur busway.
 Petugas Keamanan membersihkan Jalur Busway



Akhirnya setelah beberapa jam lumpuh total jalur busway mulai terbuka di sekitar semanggi baik menuju blok M maupun menuju arah kota. Namun di bundaran HI kelumpuhan ini lebih lama karena demikian banyaknya kenderaan taxy yang berhenti dan parkir di tengah-tengah jalan.

Video Suasana Jakarta Lumpuh


Read More

Tuesday, June 10, 2014

Aroma Kopi Indonesia yang Mendunia

Jakarta (ANTARA News) - Kopi tidak hanya memberi pengalaman rasa tetapi juga identitas budaya bagi Indonesia.

Begitulah pesan yang diangkat oleh Budi Kurniawan dalam film dokumenter berjudul "Biji Kopi Indonesia" atau "Aroma of Heaven".

Budi butuh waktu tiga tahun untuk melakukan riset mendalam tentang catatan alur sejarah kopi Indonesia.

"Sekitar 300 tahun, kopi Indonesia telah berkembang, tetapi rasanya belum ada perjalanan visual yang utuh tentang sejarah kopi Indonesia," kata Budi tentang alasannya membuat film tentang kopi Indonesia.

Film itu membawa penonton ke tempat kopi mulai dikembangkan, seperti Desa Doro di Pekalongan, Jawa Tengah.

Belanda pernah membangun pabrik pengolahan kopi di desa itu dan tahun 1878 membangun pipa penggelontor biji kopi yang tersembunyi di bawah tanah. Dari sana lah kopi Indonesia kemudian mengalir hingga ke Eropa.

Pada abad 18, kopi Jawa sangat populer. Nama Jawa kemudian melekat dengan kopi.

"Saking populernya, dulu secangkir kopi itu disebut a cup of Java," ujar guru besar Antropologi dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Pujo Semedi, di film itu.

Pujo mengatakan kepopuleran Kopi Jawa terus melesat hingga abad 19 akhir. "Dalam kurun dua abad, Jawa berkembang menjadi produsen kopi terbesar di dunia," ungkap Pujo.

Dari perkebunan kopi yang jauh dari hiruk pikuk kota, aroma kopi Indonesia sampai ke gerai-gerai kopi di seluruh dunia.

Namun popularitas kopi-kopi Indonesia tidak lantas berbanding lurus dengan kesejahteraan petani dan pekebun kopi Indonesia.

Petani Gayo di Aceh Tengah menanam sekitar 136 varietas kopi sejak tahun 1903 hingga menjadi areal terluas kopi Arabica di Asia. Namun nama besar kopi Gayo tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan petani di sana.

Film tersebut mengungkap panjangnya rantai bisnis kopi Gayo, yang juga disebut Siti Kahwa. Biji kopi yang sudah dipanen dibawa ke Medan, Sumatera Utara, lalu baru diproses di sana.

Dari Aceh, penonton dibawa ke timur Indonesia. Di Ruteng, petani menyanyikan lagu-lagu daerah seraya memetik biji kopi. Bukan biji kopi yang berwarna merah seperti umumnya, melainkan berwarna kuning.

Itu lah ciri khas kopi di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Sudah sejak 100 tahun lalu kopi masuk ke sana dan kini Ruteng menjadi salah satu sentra pengembangan kopi. Hampir 90 persen warga di sana menaruh harapan hidup mereka pada kopi.

"Tetapi setelah kopi dibawa dari Ruteng, identitasnya terlupakan. Petani biasanya membawa kopi ke Surabaya untuk dijual tanpa membawa identitas kopi tersebut, dari mana ditanamnya," kata fasilitator pertanian Adam Musi.


Kopi dan Budaya

"Kopi itu beyond a cup of coffee. Berbicara kopi artinya bicara tradisi, kedekatan, egalitiarisme, sense of equality yang ada dalam secangkir kopi. Itu bisa dilihat di Indonesia," ungkap pendiri cikopo.com, Tony Wahid.

Seperti orang Gayo yang memiliki tradisi mengunyah biji kopi dengan sebutan qertoev kopi. Makan biji kopi menjadi tradisi asli di Gayo. Biasanya warga bersantai bersama sambil mengunyah biji kopi dan gula merah atau ditambah dengan air putih hangat.

Kopi memang tak lepas dari budaya. Perjalanan kopi di Indonesia pun mencakup tradisi, budaya, seni, iman, serta keyakinan adat daerah masing-masing.

Kini kopi bergerak menjadi bagian dari gaya hidup. Dan rasa dari suatu jenis kopi kemudian terbentuk berdasarkan persepsi sosial.

"Konsumen yang membentuk selera pasar. Kita tidak bisa menyalahkan selera kopi masyarakat yang dibentuk suatu perusahaan karena terkait dengan tren. Kopi selalu subjektif, tidak ada kopi yang paling enak. Kopi adalah pengalaman pribadi dan kita harus menghargai itu," jelas Pujo.

Film berdurasi 65 menit itu tidak hanya membawa penonton mengenal kopi Indonesia meskipun tema yang diangkat begitu banyak sehingga film ini terkesan anti-klimaks.

Setidaknya film ini bisa menjadi awal bagi para penikmat kopi untuk mulai menyelami identitas Indonesia sebagaimana harapan sang sutradara.

Seperti yang disampaikan Peneliti Kopi Indonesia, Surip Mawardi, kopi Indonesia memiliki keunggulan tersendiri.

"Kopi Sumatera, misalnya, itu berbeda dengan Kopi Brasil. Di Brasil, panen kopi itu pakai mesin sehingga tidak selektif, begitu juga dengan cara pemrosesannya," terang Surip dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.

"Selama hidup orang sayang sekali kalau belum menikmati kopi yang paling enak, yang disukai orang luar. Dan saya cuma mau ingatkan agar kita jangan melewati satu yang terbaik di dunia, kopi Indonesia," tutur Tony.
Read More